Jakarta (ANTARA News) - Ekonom Bank Mandiri memproyeksi laju inflasi meningkat dari perkiraan tahun ini sebesar 3-3,2 persen (yoy) ke 4,2 persen (yoy) pada 2017 karena kenaikan harga kelompok barang yang diatur pemerintah (administered prices).

"Kami juga melihat kenaikan harga minyak dunia bukan tidak mungkin membuat pemerintah harus melakukan penyesuaian pada harga Bahan Bakar Minyak. Itu akan mendorong naiknya inflasi," kata Kepala Ekonom Bank Mandiri Anton Gunawan dalam paparan proyeksi ekonomi 2017 di Jakarta, Kamis.

Beberapa wacana penyesuaian harga dari administered prices yang diperkirakan pada 2017 adalah kenaikan tarif listrik untuk segmen 900 volt ampere (VA) dan 450 VA, selain perkiraan kenaikan harga BBM.

Dengan adanya kenaikan inflasi tersebut, Anton mengatakan, BI sulit untuk menurunkan suku bunga acuan "7-Day Reverse Repo Rate" pada tahun depan untuk menjaga stabilitas makroekonomi.

"Stabilitas mungkin masih terjaga tahun depan, kita lihat kurs rupiah akan bergerak rata-rata di Rp13.400 per dolar AS," kata dia.

Jika pada pertengahan 2017, BI melihat laju inflasi bisa melebihi batas maksimum di 3-5 persen, bank sentral akan menaikkan suku bunga acuannya.

Meskipun inflasi diperkirakan naik, kata Anton, pertumbuhan ekonomi akan berlanjut meskipun dalam takaran yang tidak signifkan. Anton memperkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh 5,1 persen (year on year/yoy).

Anton mengatakan pemerintah masih harus melanjutkan konsolidasi fiskalnya, untuk membenahi kekurangan penerimaan pajak agar belanja negara tidak terganggu.

Untuk kegiatan transaksi antara penduduk Indonesia dengan mancanegara, Mandiri memperkirakan defisit transaksi berjalan akan meningkat terbatas menjadi 2,2 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada tahun depan, dari perkiraan tahun ini sebesar 2 persen dari PDB.

Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2016