Manila (ANTARA News) - Pihak berwenang Filipina, Sabtu, mengevakuasi ribuan warga desa pesisir di wilayah tengah negara itu setelah diperkirakan topan level IV bergerak mendekati kawasan tersebut pada akhir pekan ini.

Topan itu diperkirakan dapat menyebabkan tanah longsor sebagai akibat dari hembusan angin kencang dan hujan lebat.

Biro Cuaca setempat menyatakan bahwa topan Nock-ten yang secara lokal dikenal dengan nama Nina sebelumnya bergerak dengan kecepatan 130 kilometer per jam (93 mil per jam), namun sejak melemah hingga 15 kilometer per jam arah angin menuju barat dan barat daya serta menerjang Provinsi Camarines Sur di semenanjung Bicol.

"Beberapa keluarga di garis pantai Albay mulai melarikan diri ke tempat yang lebih aman dan dataran lebih tinggi," kata Mina Marasigan selaku juru bicara Badan Bencana Nasional kepada sejumlah wartawan.

Dia menambahkan bahwa desa-desa di Provinsi Camarines Sur dan Provinsi Camarines Norte juga dipindahkan ke sejumlah tempat penampungan.

Albay merupakan salah satu provinsi di selatan Camarines Sur.

Gelombang badai dan banjir juga diperkirakan terjadi di dataran rendah dan wilayah-wilayah pesisir serta tanah longsor dikhawatirkan terjadi di lereng gunung, demikian pernyataan Badan Bencana Nasional.

Marasigan menyebutkan bahwa pihak berwenang mengeluarkan peringatan kewaspadaan topan di sembilan provinsi di sepanjang wilayah pesisir timur dengan menangguhkan perjalanan darat, laut, dan udara hingga Senin (26/12) untuk menghindari kecelakaan.

Ribuan wisatawan yang hendak mengisi waktu liburan telantar di beberapa terminal.

Beberapa jadwal penerbangan dibatalkan selama sepekan di wilayah tengah dan timur laut negara itu.

Badan Keamanan Laut juga mengeluarkan perintah berhentinya beroperasi kapal-kapal nelayan.

Kementerian Energi dan Pekerjaan Umum mengerahkan personel gawat darurat untuk bersiaga membersihkan sampah di jalanan dan memulihkan listrik yang sempat padam.

Bala tentara diperintahkan untuk membantu evakuasi warga.

Pada 2013, lebih dari 6.000 orang tewas dan 200 ribu unit rumah rusak setelah diterjang topan Haiyan, badai terkuat selama ini yang mengakibatkan tanah longsor di Filipina dan menerjang wilayah tengah Kepulauan Layte dan Samar.

Sekitar 20 topan melintasi wilayah Filipina setiap tahun. Sejak 1948 sedikitnya tujuh topan menerjang negara itu selama periode perayaan Natal.

Pada 16 Oktober 2016, topan Sarika dengan kecepatan angin sekitar 200 kilometer per jam menghancurkan puluhan ribu rumah di Pulau Luzon.

Selain itu, badai menyebabkan ratusan ribu warga hidup tanpa listrik dan pembatalan ratusan penerbangan domestik serta internasional.

Topan dengan kategori sangat berbahaya tersebut juga telah memicu tanah longsor di kawasan terpencil Catanduanes yang menyebabkan empat orang tewas, demikian Reuters.

(M038)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016