Moskow (ANTARA News) - Satu pesawat pengangkut 35 diplomat Rusia yang diusir dari Amerika Serikat (AS) terkait tuduhan intervensi Moskow dalam pemilihan presiden Amerika Serikat telah bertolak dari Washington pada Minggu (1/1) menurut laporan kantor berita Rusia.

"Pesawat telah lepas landas, semuanya berada di dalam pesawat," kata Kedutaan Besar Rusia di Washington dalam pernyataan yang dikutip kantor berita pemerintah Rusia, RIA Novosti.

Kerabat para diplomat juga berada di dalam pesawat yang khusus diterbangkan dari Rusia untuk mengangkut 96 penumpang itu.

Pengusiran para diplomat itu dilakukan sebagai bagian dari paket sanksi yang diperintahkan oleh Presiden AS Barack Obama pada Kamis, dalam pekan terakhir pemerintahannya.

"Kami dapat mengonfirmasi bahwa 35 diplomat Rusia yang dinyatakan persona non grata, bersama keluarga mereka, sudah meninggalkan Amerika Serikat," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat kepada AFP.

Para diplomat itu, yang digambarkan sebagai agen intelijen yang berbasis di kedutaan besar Rusia di Washington dan konsulatnya di San Francisco, pada Kamis diberi waktu 72 jam untuk meninggalkan Amerika Serikat.

Intelijen Amerika Serikat mengungkapkan Kremlin memerintahkan peretasan dan penyiaran surel Partai Demokrat dan staf kampanye Hillary Clinton agar Donald Trump dapat memenangi pemilu presiden.

Obama juga memerintahkan penutupan dua kompleks diplomatik Rusia di New York dan Maryland yang diduga digunakan "untuk tujuan-tujuan terkait intelijen".

Sanksi ekonomi juga dijatuhkan terhadap badan intelijen Rusia FSB dan GRU. Empat pejabat GRU termasuk ketuanya Igor Korobov juga menghadapi sanksi.

Moskow berulang kali membantah tuduhan itu.

Presiden Rusia Vladimir Putin mengesampingkan pemulangan diplomat Amerika Serikat sebagai pembalasan, tindakan yang diinterpretasikan sebagai tanda dia menunggu Trump membangun kembali hubungan Amerika Serikat dan Rusia setelah pelantikannya menjadi presiden pada 20 Januari.

Trump meragukan temuan intelijen Amerika Serikat mengenai campur tangan Rusia, mengatakan dia tahu "hal-hal yang orang lain tidak tahu" mengenai situasi itu. Miliarder populis itu ingin menjalin hubungan yang lebih dekat dengan Putin.(ab/)




Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017