Jakarta (ANTARA News) - Pengamat transportasi dari Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Djoko Setijowarno menilai pengelolaan terminal penumpang pelabuhan harus dibenahi karena adanya manifes penumpang kapal yang tidak diketahui.

"Yang masih sering lalai selalu soal manifes dan ketersediaan instrumen keselamatan. Setiap kecelakaan kapal, sering terjadi manifes yang tidak sesuai," ujar dia dalam keterangannya di Jakarta, Senin.

Pengelolaan terminal penumpang di setiap pelabuhan harus dibenahi dengan menjadikannya lebih steril dan tidak semua orang boleh masuk.

Penyediaan instrumen keselamatan kapal, menurut dia, juga masih diabaikan, padahal minimal di kapal apa pun harus tersedia pelampung, bahkan untuk kapal besar, harus ada petunjuk penyelamatan seperti saat naik pesawat.

"Meski kapal nelayan atau kapal pompong sekalipun harus ada pelampung, yang sering tidak sedia pelampung," kata Djoko.

Untuk menghindari insiden nahas itu terulang, ia berpendapat SOP harus diperbaiki, awak kapal harus menerima pelatihan, kapal harus mendapat sertifikat dan semua kapal apa pun ukurannya diwajibkan dilengkapi dengan pelampung.

Selain itu, pengawasan regulasi dan penguatan SDM juga harus ditingkatkan karena regulasi transportasi laut dan udara sudah menggunakan mahzab internasional dan hampir semua aturan sudah dibuat oleh Kemenhub.

Aturan-aturan tersebut antara lain PM No. 25 Tahun 2015 tentang Standar Keselamatan dan PM No. 37 Tahun 2015 tentang Standar Pelayanan Penumpang Angkutan Laut.

"Kepulauan Seribu termasuk salah satu dari 10 kawasan destinasi wisata nasional sehingga semestinya penyediaan kapal wisata menjadi perhatian," ujar Djoko.

KM Zahro Express tujuan Pulau Tidung, Kepulauan Seribu, terbakar di sekitar Pelabuhan Muara Angke Jakarta Utara pada Minggu (1/1) pukul 09.00 WIB ketika mengangkut lebih dari 150 orang ke Pulau Tidung.

Pewarta: Dyah DA
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017