Jakarta (ANTARA News) - PT Telkom Indonesia Tbk akan merealisasikan pembangunan Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL) antara Jayapura dan Manokwari sepanjang 1.000 Km sebagai "link diversity" untuk mengantisipasi gangguan berulang trafik komunikasi antara Jayapura dan Kabupaten Sarmi.

"Saat ini kondisi jalur laut di utara Papua sangat rawan gangguan seperti gempa, gunung api bawah laut, dan palung laut yang dalam. Sehingga kebutuhan link diversity ini dirasa mendesak untuk direalisasikan," kata VP Corpotate Communication Telkom, Arif Prabowo, dalam siaran pers di Jakarta, Senin.

Seperti diketahui, pada 29 Desember 2016, pukul 03:30 WIB Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL) Sulawesi Maluku Papua Cable System (SMPCS) antara STO Jayapura ke Sarmi terputus akibat adanya gempa.

Hal ini berakibat terganggunya layanan operator seluler Telkomsel dan Telkom (layanan 2G/3G/4G Telkomsel, indihome, corporate customers and government ) di kawasan Jayapura, Abepura dan Sentani.

Sehubungan gangguan tersebut TelkomGroup telah mengalihkan sementara waktu "link transport" yang semula menggunakan serat optik ke media transmisi satelit dan IP Radio dan secara bertahap dilakukan penambahan kapasitas untuk meningkatkan kualitas layanan.

Sedangkan terhadap kabel laut yang sempat terganggu segera dilakukan proses penyambungan yang akan memakan waktu beberapa hari ke depan.

Arif Prabowo menjelaskan, selain pembangunan "link diversity" Jayapura dan Manokwari, langkah antisipasi ke depan yang juga ditempuh adalah peningkatan kapasitas Radio IP, sehingga mampu mencukupi kebutuhan trafik sebagai "back up" bila terjadi gangguan kabel laut.

"Dalam setiap penggelaran kabel laut Telkom senantiasa bermitra dengan perusahaan kelas dunia, seperti halnya SKKL SMPCS ini yang dibangun bersama NEC salah satu perusahaan kelas dunia asal Jepang," ujarnya.

Untuk itu Telkom mengucapkan terima kasih kepada pelanggan atas kesetiaannya dalam menggunakan layanan TelkomGroup, dan menyampaikan maaf kepada seluruh pelanggan terutama yang terganggu kenyamanannya dalam berkomunikasi atas terjadinya gangguan di Papua.

(R017)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017