Jakarta (ANTARA News) - Pemimpin de facto Myanmar Aung San Suu Kyi direncanakan mengunjungi Indonesia pada akhir Januari 2017, sebagai kunjungan perkenalan sejak negara tersebut memiliki pemerintahan baru pada Maret 2016.

"Ini akan menjadi kunjungan perkenalan karena sejak pemerintah baru terbentuk tahun lalu, pemimpin kami belum pernah mengunjungi Indonesia," ujar Duta Besar Myanmar untuk Indonesia U Aung Htoo, di sela Peringatan 69 Tahun Kemerdekaan Myanmar, di Jakarta, Rabu.

Kunjungan Konselor Aung San Suu Kyi ke Tanah Air selain untuk berdialog dengan pemimpin Indonesia, juga untuk berterima kasih atas bantuan dan dukungan terhadap rakyat Myanmar.

Pada 29 Desember 2016, Presiden Joko Widodo melepas 10 kontainer bantuan kemanusiaan dari Indonesia untuk masyarakat Rakhine, Myanmar yang terdiri atas mi instan, makanan, dan susu bayi, serta pakaian.

Selain itu, Pemerintah Myanmar berharap melalui kunjungan Suu Kyi hubungan kedua negara semakin erat khususnya dalam kerja sama ekonomi.

Aung Htoo dalam pidatonya menyebutkan bahwa investasi Indonesia ke Myanmar masih sangat terbatas dan nilai perdagangan kedua negara kurang dari 500 juta dolar AS.

Meskipun sejauh ini telah terjalin kerja sama yang baik antara perusahaan asal Indonesia, Lippo Group, dan mitranya di Myanmar yakni Pan Hlaing Group dalam pembangunan rumah sakit, Pemerintah Myanmar ingin lebih mendorong peningkatan investasi dan kerja sama perdagangan antarkedua negara.

Myanmar menyambut baik minat investasi dari beberapa BUMN Indonesia, seperti PT Pertamina (Persero), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, PT Timah Tbk, dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk untuk mengembangkan bisnis di negara tersebut.

"Pertamina sedang menjajaki rencana pembukaan SPBU, sementara Telkom ingin mengajukan izin usaha di Myanmar," kata Aung Htoo pula.

Pewarta: Yashinta DP
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017