Yerusalem (ANTARA News) - Polisi Israel memeriksa Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk kedua kalinya sebagai bagian dari penyelidikan untuk mengetahui apakah dia secara ilegal menerima hadiah dari pendukungnya yang kaya, kata polisi pada Kamis (5/1) waktu setempat.

Menurut pernyataan kepolisian, penyidik menginterogasi Netanyahu selama lima jam di kediamannya di Yerusalem sebagai bagian dari penyelidikan korupsi, interogasi kedua dalam empat hari.

Pemeriksaan itu juga berkaitan dengan masalah lain, menurut pernyataan polisi, menambahkan bahwa tersangka kedua sudah diinterogasi dalam beberapa hari terakhir.

Kantor Netanyahu menolak menanggapi pemeriksaan itu.

Netanyahu diduga menerima hadiah dari para pengusaha menurut Jaksa Agung Avichai Mandelblit, yang mengawasi penyelidikan.

Media Israel mewartakan bahwa dia diduga menerima ratusan ribu dolar dari hadiah semacam itu.

Pemeriksaan pertama Netanyahu terkait kasus itu berlangsung sekitar tiga jam pada Senin.

Penyelidikan itu mengguncang panggung politik Israel dan memunculkan pertanyaan mengenai apakah Netanyahu (67) pada masa jabatan keempatnya sebagai perdana menteri akhirnya akan dipaksa mengundurkan diri.

Miliarder Amerika Serikat dan ketua Kongres Yahudi Dunia Ronald Lauder termasuk di antara mereka yang diinterogasi dalam penyelidikan mengenai hadiah yang diduga dia berikan kepada Netanyahu dan dugaan membiayai perjalanannya.

Lauder, yang keluarganya mendirikan raksasa kosmetik Estee Lauder, sudah lama dipandang sebagai sekutu Netanyahu.

Netanyahu juga mengakui menerima uang dari taipan Perancis Arnaud Mimran, yang divonis hukuman delapan tahun penjara di Prancis dalam kasus penipuan yang melibatkan perdagangan izin emisi karbon dan pajak mereka.

Kantor Netanyahu menyatakan dia menerima sumbangan 40.000 dari Mimran pada 2001, ketika dia belum menjabat sebagai perdana menteri, sebagai bagian dari pendanaan untuk kegiatan publiknya, termasuk perjalanannya ke luar negeri guna memromosikan Israel.

Netanyahu membantah melakukan pelanggaran, berulang kali menyatakan "tidak akan ada apa-apa karena memang tidak ada apa-apa."

Penyelidikan itu memicu debat sengit dalam politik Israel, dengan sekutu-sekutu Netanyahu menuduh politikus oposisi dan beberapa media secara tidak adil menekan Jaksa Agung menurut warta kantor berita AFP. (mr) 

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017