Bantul (ANTARA News) - Gusti Kanjeng Ratu Mangkubumi mengajak para perajin maupun pendesain batik di Daerah Istimewa Yogyakarta bisa menggambarkan suatu cerita melalui desain batik dalam selembar kain tersebut.

"Kami ajak kepada para perajin batik, pendesain batik tidak hanya sekadar desain batik dengan indahnya warnanya batik, tapi bagaimana sebuah lembaran batik itu mempunyai cerita," kata GKR Mangkubumi di Kabupaten Bantul, Minggu.

Dengan demikian, kata putri pertama pasangan Sri Sultan Hamengku Buwono X dengan GKR Hemas dari Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat ini, seseorang yang mengenakan pakaian batik dengan desain cerita itu menjadi bangga.

GKR Mangkubumi mengatakan, kalau jaman dulu para tokoh masyarakat termasuk pihak Keraton kalau akan melakukan negosiasi dengan pejabat, memakai batik yang motifnya sendiri-sendiri, begitu juga dalam midodareni tradisi jawa dalam pernikahan.

"Makanya ayo kita ulang lagi, kalau sekarang ini batik tidak hanya digunakan untuk kain dalam acara tradisional atau upacara tradisi, tetapi bagaimana dalam keseharian bahwa sebuah kain batik punya cerita dan makna," katanya.

Menurut dia, cerita yang digambarkan dalam selembar kain batik juga tidak harus panjang, namun singkat yang memiliki makna. Dan makna tersebut menjadi ciri khas dari daerah masing-masing perajin atau pembatik.

"Saya harap perajin tidak hanya sekadar membatik saja, tapi cerita dalam satu lembar kain harus ada, meskipun ceritanya sangat simpel dan singkat yang penting cerita. Sehingga yang mengenakan tahu maksud yang ingin disampaikan," katanya.

GKR bersama perajin batik Desa Srigading yang punya karya batik bertema Yogya Istimewa dan diluncurkan pada Sabtu (7/1) ini juga mengajak warga Yogyakarta menggelorakan Gerakan Cinta Batik guna mendukung Yogya Kota Batik Dunia.

"Desain batik Yogya Istimewa yang kita luncurkan itu cerinta banyak dan panjang, dan saya bangga dengan desain yang punya makna dan filosofi tinggi. Jadi ini termasuk sosialisasi Keistimewaan Yogyakarta dengan batik itu," katanya.

Pewarta: Heri Sidik
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017