Jakarta (ANTARA News) - Ketua Majelis Ulama Indonesia Muhyidin Junaidi menyambut baik program air bersih dan sanitasi yang dikoordinasi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) karena turut berkontribusi memberantas kemiskinan.

"Program untuk zero poverty (nol kemiskinan) ini sejalan dengan program kebijakan MUI," kata Muhyidin di Jakarta, Selasa.

Dia mengatakan program pembangunan air bersih dan sanitasi bagi kaum lemah (dhuafa) sejalan dengan dakwah Islam karena berkontribusi dalam memberantas kemiskinan. Kemiskinan sendiri dekat dengan kemurtadan maka program pemberdayaan akan meneguhkan iman bagi umat, bukan melemahkannya.

Air bersih, kata dia, sangat dibutuhkan masyarakat dan menjadi kebutuhan dasar dalam keseharian. Air bersih bermanfaat untuk minum, bersuci dan berbagai kebutuhan lainnya. Apabila kaum dhuafa tidak memiliki akses terhadap air bersih maka kebutuhan dasarnya tidak terpenuhi.

Kaum dhuafa, kata dia, harus difasilitasi untuk mendapatkan akses air bersih yang belakangan mulai terbatas. Beberapa sumber air bersih dikuasai oleh swasta maka perlu perluasan akses terhadap air. Jika dibiarkan maka kaum dhuafa dapat semakin menderita dan semakin jatuh dalam jurang kemiskinan.

Dia mengatakan Indonesia termasuk negara yang beruntung memiliki air bersih. Kendati demikian, air justru belum dapat memberi kesejahteraan bagi bangsa Indonesia.

Maka, kata dia, harus ada kewajiban individu dan kolektif untuk memberantas kefakiran, keterbelakangan dan kemungkaran.

"Mayoritas kita tidak mempunyai akses terhadap sumber air bersih. Jika dibiarkan maka kita bisa terjebak dalam dosa kolektif maka perlu ada pembangunan sarana air bersih dan sanitasi bagi yang membutuhkan," kata dia.

Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017