Malang (ANTARA News) - Kota Malang, Jawa Timur, dalam waktu dekat ini segera memiliki monorel untuk mengatasi kemacetan arus lalu lintas di tengah kota dengan menggandeng investor dari dalam negeri dan luar negeri, antara lain dari Jerman dan Singapura.

Wali Kota Malang Moch Anton di Malang, Jumat, mengatakan pihaknya dalam waktu dekat ini akan menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan investor. "Mungkin pekan depan antara tanggal 16 atau 17 Januari," ucapnya.

Menurut politisi dari PKB itu, monorel tersebut sudah "digodog" dengan matang agar mampu mengatasi permasalahan kemacetan di Kota Malang. Ada berbagai usulan yang masuk dalam mengatasi kemacetan di kota pendidikan itu, namun akhirnya pemkot dan para akademisi, ahli transportasi dan investor sepakat untuk membangun transportasi monorel.

Setelah penandatanganan MoU, lanjutnya, pemkot akan mengajukan rencana pembangunan monorel tersebut ke DPRD untuk mendapatkan persetujuan. "Harapan kami tidak ada hambatan dan dewan menyetujuinya karena kemacetan di kota ini harus segera ada solusinya dengan moda transportasi massal yang memadai," urainya.

Rute monorel itu nanti, katanya, mulai dari Stasiun Kotabaru menuju Universitas Brawijaya (UB) sepanjang 8,5 kilometer yang pembangunannya akan diprioritaskan dulu. Setelah itu, pembangunan dilanjutkan ke kampus Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), ITN 2 dan disambung ke Terminal Arjosari.

Anton menerangkan, nanti monorelnya ada dua jalur persimpangan yang sudah tertata dengan bagus. "Pembangunan monorel ini kita akan bersaing dengan Surabaya yang rencananya juga akan membangun monorel," katanya.

Ia berharap pembangunan monorel tersebut, tidak hanya mampu mengurai kemacetan di tengah kota, tetapi juga mengurangi penggunaan kendaraan pribadi. "Tarif yang dipatok untuk monorel ini sekitar Rp10 ribu hingga Rp15 ribu per orang," paparnya.

Sebelumnya Pemkot Malang menggagas berbagai solusi untuk mengatasi kemacetan lalu lintas di tengah kota, seperti bus kota mini, jalan lingkar timur dan barat, gondola, dan pelebaran jalan. Namun, sampai saat ini tak satupun yang terealisasi.

Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017