Berita hoax atau cerita bohong yang dikemas atau direkayasa untuk menjatuhkan seseorang sudah terjadi sejak lama.

"Nabi saja sempat dibuat ragu dengan hoax. Apa lagi kita, di zaman modern dengan kemajuan teknologi informasi saat ini," ujar Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama, Prof. Dr. Abd. Rahman Masud, Ph.D.

Menteri Agama, Lukman Hakim Syaifuddin - pada acara refleksi akhir tahun, Jumat (30/12), - pun mengakui bahwa peran media sosial dalam penyebaran berita bohong saat ini luar biasa. Karena itu ia mengingatkan pesan Nabi bahwa berbohong merupakan perbuatan dosa.

"Nabi pernah mengatakan, kita ini bisa tergolong orang yang berbohong, orang yang berdosa, ketika kita menyampaikan apa saja yang kita tidak yakin benar. (Itu Hadits) riwayat Muslim. Semua yang kita dengar lalu kita ceritakan, itu artinya kita bisa termasuk golongan orang-orang yang berbohong, berbuat dosa", ucap Lukman.

Ia mengimbau, pengguna media sosial hendaknya lebih kritis dalam menyebarkan suatu informasi. Jangan menyebarkan sebuah berita jika kebenarannya belum terkonfirmasi secara pasti.

"Kritislah kita dalam menggunakan medsos. Kalau ada posting yang tidak jelas, hentikan! Itu di tangan kita. Jangan biarkan diri kita menyebarluaskan hal yang tidak benar," kata Lukman.

Senada dengan pernyataan Lukman, Imam Besar Masjid Istiqlal Prof. Dr. KH Nasaruddin Umar menilai hoax kini tidak bisa lagi dipandang enteng karena jika penggunaannya di media sosial dibiarkan dapat menghancurkan suatu negara.

Hoax dapat dimaknai sebagai berita atau informasi bohong dengan maksud mengakali pembaca/pendengar untuk mempercayainya, sesungguhnya merupakan fitnah.

"Jelas saja informasi berisi kebohongan tentu mengandung fitnah. Kita tahu, fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan. Dari sisi negara, jelas saja fitnah atau hoax itu bisa menghancurkan suatu negara," katanya.

Menangkal Hoax
Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama, Prof. Dr. Abd. Rahman Masud, Ph.D mengatakan, masyarakat yang kini pendidikannya makin baik penting pula diberi penyadaran, edukasi dan pencerahan dalam menghadapi hoax.

Masyarakat harus diajak bersikap kritis menghadapi hoax. Melakukan konfirmasi terhadap sumber-sumber resmi menjadi penting. Gunakan akal sehat. Penting mengembangkan daya kritis dengan melakukan konfirmasi terhadap sumber resmi lainnya.

"Bisa ditanyakan kepada orang yang berkompeten dengan mengedepankan akhlak mulia," harapnya.

Belakangan ini Masud melihat jika ada berita baru cepat-cepat disebarluaskan. Seolah informasi A-1, paling aktual dengan ditambahi komentar sehingga secara tidak langsung dapat mempengaruhi pembaca lainnya.

Padahal, dari sisi kandungan atau substansi informasinya dangkal dan menyesatkan karena belum terkonfirmasi.

Ia mengajak memerangi hoax dengan akhlak mulia, akal sehat, kritis dan mau melakukan konfirmasi kepada pihak kompeten. Menyebarkan informasi atau berita harus mengedepankan kehati-hatian.

Terutama di media sosial, dengan memperhitungkan aspek manfaatnya. "Bukan menggelontorkan suatu informasi bagai air bah, tanpa filter sama sekali," harapnya.

Oleh Edy Supriatna Sjafei
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2017