Jember (ANTARA News) - Petani di Kabupaten Jember, Jawa Timur mengaku tidak menikmati tingginya harga cabai rawit di pasaran yang menembus kisaran Rp90.000 hingga Rp100.000 per kilogram.

"Petani cabai tetap tidak diuntungkan, meskipun harga cabai melambung tinggi di pasaran," kata Imam Suyuti, salah seorang petani cabai asal Kecamatan Ambulu, Kabupaten Jember, Minggu.

Menurutnya harga cabai rawit di pasaran tidak sepenuhnya dirasakan para petani karena harga cabai di tingkat petani berkisar Rp50.000 hingga Rp60.000 per kilogram, sedangkan harga di sejumlah pasar tradisional di Jember sempat menembus Rp100.000 per kilogram.

"Sebenarnya dengan harga cabai sebesar Rp50.000 hingga Rp60.000 per kilogram, petani sudah mendapatkan untung yang cukup banyak, namun hasil panen cabai tahun ini merosot tajam, sehingga kami justru merugi," tuturnya.

Ia mengatakan hasil panen petani menurun tajam hingga 10 kali lipat dibandingkan pada tahun-tahun sebelumnya karena biasanya dengan lahan 1/4 hektare miliknya bisa mendapatkan cabai rawit hingga 2-3 kuintal.

"Untuk musim panen tahun ini produksi cabai di lahan 1/4 hektare tersebut hanya bisa memanen sekitar 20 kilogram hingga 60 kilogram saja akibat cuaca ekstrem yang menyebabkan penyakit pada tanaman cabai," ucap petani yang kini jadi legislator di DPRD Jember itu.

Imam menjelaskan penurunan panen cabai tersebut karena cuaca yang tidak membaik sepanjang tahun 2016, sehingga banyak tanaman cabai yang terkena penyakit dan mati hingga menyebabkan gagal panen.

"Seandainya tanaman itu tetap bertahan hidup, maka tidak bisa berbuah dengan baik dan normal karena banyak cabai yang buahnya rusak akibat hujan yang ekstrem," katanya.

Menurutnya, pihak yang paling diuntungkan atas lonjakan harga cabai rawit adalah para tengkulak karena disparitas harga cabai di tingkat petani dan pasar mencapai 35 hingga 40 persen.

"Ada selisih harga yang cukup signifikan harga cabai di tingkat petani dengan di pasaran, sehingga yang diuntungkan mahalnya harga cabai adalah para tengkulak yang meraup keuntungan besar," ujarnya menambahkan.

Sementara Ketua Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI) Jawa Timur Edi Suryanto mengatakan banyak lahan petani cabai yang gagal panen akibat musim hujan sepanjang tahun 2016, sehingga tidak sedikit petani yang merugi.

"Dari luas lahan 2.500 hektare yang ditanami cabai merah besar di Jember, namun yang bisa dipanen hanya sekitar 20 persen saja karena sebanyak 80 persen terserang penyakit hingga gagal panen," tuturnya.

Pewarta: Zumrotun Solichah
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017