Semarang (ANTARA News) - Ribuan petani tembakau dari berbagai daerah di Provinsi Jawa Tengah, berunjuk rasa menolak kebijakan pemerintah terkait dengan impor tembakau karena dinilai merugikan petani lokal.

Unjuk rasa ribuan petani tembakau dari Kabupaten Wonosobo, Temanggung, Klaten, Boyolali, Rembang, dan Demak secara tertib itu berlangsung di depan pintu gerbang kantor Gubernur Jawa Tengah di Semarang, Selasa.

Selain mengkritisi kebijakan pemerintah terkait impor tembakau, sejumlah petani tembakau juga terlihat membawa spanduk dan poster yang antara bertuliskan, "Tembakau Milik Kita, Bukan Milik Asing", serta "Tolak Tembakau Impor Karena Terbukti Mematikan Petani Lokal".

Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Jawa Tengah Wisnu Brata meminta pemerintah menghentikan atau membatasi impor tembakau karena kualitas tembakau lokal tidak kalah dengan tembakau impor.

"Impor tembakau meresahkan dan merugikan petani lokal, padahal kami punya lahannya, dan tembakau lokal mencukupi kebutuhan nasional," ujarnya di sela unjuk rasa.

Ia menyebutkan, impor tembakau saat ini telah mencapai 60 persen dari kebutuhan rokok di Indonesia.

"Oleh karena itu, kami minta diubah menjadi 80 persen tembakau lokal dan 20 persen tembakau impor demi kesejahteraan petani lokal," katanya.

Menurut dia, pemerintah harus segera mengesahkan rancangan undang-undang tentang pertembakauan yang saat ini dalam pembahasan DPR RI sebagai bentuk perlindungan terhadap petani tembakau.

Pada RUU Pertembakauan itu, kata dia, terdapat tata kelola pertembakauan di Indonesia yang diharapkan bisa menyejahterakan petani tembakau.

"Dengan disahkannya RUU Pertembakauan tersebut maka petani tembakau menjadi terlindungi karena produksi tembakau lokal bisa terserap semua dan petani tidak merugi," ujarnya.

Dalam unjuk rasa yang mendapat pengamanan ketat dari kepolisian dan Satpol PP tersebut, dipertunjukkan aksi teatrikal tentang penderitaan petani tembakau akibat impor tembakau.

Pewarta: Wisnu Adhi N.
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2017