Jakarta (ANTARA News) - Wakil Ketua Fraksi PKS DPR Bidang Ekonomi dan Keuangan Ecky Awal Mucharam mengatakan persoalan terkait komoditas cabai bukan hanya terkait cuaca sehingga perlu dilakukan langkah kebijakan yang lebih efektif guna mengatasi hal tersebut.

"Inti persoalan komoditas cabai bukan hanya terkait dengan cuaca, yang sering disebut terkait dengan lonjakan harga. Justru, yang mendasar adalah persoalan adalah tata niaga, mulai dari proses produksi, distribusi, pemasaran, hingga konsumsi akhir," kata Ecky Awal Mucharam dalam siaran persnya, Selasa.

Menurut Ecky, langkah untuk menurunkan harga cabai dinilai masih belum menampakkan hasil padahal harga tersebut juga adalah salah satu penyebab utama dalam aspek inflasi.

Dia mengingatkan, jika inflasi naik maka daya beli masyarakat juga akan tergerus sehingga pemerintah juga harus menjaga daya beli masyarakat yang menyumbang lebih dari separuh Produksi Domestik Bruto (PDB).

"Jika ini berlanjut, ujungnya target pertumbuhan bisa meleset," paparnya.

Ecky menjelaskan persoalan di sisi produksi terlihat bagaimana pengaruh dari tengkulak yang menjadi pemasok dana dan sarana produksi bagi petani di daerah.

Sehingga, lanjutnya, pemerintah harus berani masuk lebih dalam ke bisnis prosesnya, sehingga dapat memutus jaring-jaring tengkulak.

Dia juga menyoroti Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang belum menyasar ke sektor pertanian secara efektif. Karena keterbatasan faktor-faktor produksi inilah, maka petani terpaksa terikat kepada tengkulak.

"Jalur distribusi turut memengaruhi harga cabai. Kondisi jalan yang rusak menyebabkan biaya angkut semakin tinggi. Keseluruhan biaya tersebut akan dibebankan kepada konsumen. Dalam berbagai kajian disimpulkan, ongkos transportasi menyumbang sekitar sepertiga dari harga jual barang. Untuk itu, sangat mendesak memperbaiki infrastruktur dasar," ucapnya.

Untuk itu, ujar dia, penting agar berbagai upaya yang dilakukan pemerintah adalah untuk memutus mata rantai perdagangan yang tidak efisien sehingga petani dapat mendistribusikan hasil usahanya kepada konsumen sependek mungkin.

Sebelumnya, Kementerian Pertanian memperkirakan produksi cabai secara nasional selama Januari 2017 mengalami kelebihan atau surplus sebanyak 5.000 ton.

Produksi berlebih

Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Spudnik Sujono saat panen cabai rawit varietas Mhanu di Desa Purworejo, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Rabu (11/1), mengatakan pada Januari produksi cabai diperkirakan sebanyak 73 ribu ton sedangkan kebutuhan konsumsi masyarakat sekitar 68 ribu ton.

"Dengan begitu, selama Januari ini produksi cabai surplus sebanyak 5.000 ton. Untuk Januari, ini prognosa saya, sebenarnya surplus," katanya.

Spudnik mengungkapkan sebenarnya konsumsi cabai per kapita masyarakat Indonesia sangat kecil yakni sekitar 1,26 kilogram per kapita per tahun atau hanya 0,105 kilogram per kapita per bulan.

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017