Jakarta (ANTARA News) - Chief Economist SIGC (SKHA Institute for Global Competitiveness) Eric Sugandi memperkirakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada akhir tahun ini akan menyentuh level Rp13.300 per dolar AS.

Nilai tukar rupiah diperkirakan akan menguat dibandingkan akhir tahun lalu yang mencapai Rp13.436 per dolar AS.

"Untuk rupiah, kami optimistis melihat bahwa ada kemungkinan rupiah bisa menguat di akhir tahun," ujar Eric di Jakarta, Rabu.

Kendati demikian, sepanjang tahun ini rupiah tidak akan lepas dari gejolak khususnya pada triwulan kedua ketika terdapat siklus repatriasi pendapatan dari investasi asing langsung (foreign direct investment/FDI) dan juga investasi portfolio oleh asing di Indonesia.

Selain itu, suku bunga acuan oleh bank sentral AS The Fed yang diperkirakan akan naik 75 basis poin pada tahun ini, juga akan berpengaruh terhadap rupiah.

"Walau kenaikan tersebut sudah banyak diantisipasi oleh market, tapi akan tetap ada gejolak," ujarnya.

Terkait seberapa jauh level volatilitas rupiah pada 2017, Eric memperkirakan rupiah akan bergejolak di level Rp13.300 hingga Rp13.800 per dolar AS.

Kendati demikian, ia meyakini Bank Indonesia akan masuk ke pasar untuk melakukan stabilisasi rupiah sebelum tertekan lebih dalam.

Ia mengingatkan ketika Donald Trump dinyatakan memenangi Pemilu AS pada tahun lalu, rupiah juga sempat bergejolak hingga ke level Rp13.800 per dolar AS di tengah hari, namun di penghujung hari rupiah kembali menguat hingga ke level Rp13.500 per dolar AS.

"Saya melihat BI masih punya cukup amunisi untuk mempertahankan rupiah dan memperkecil volatilitasnya," ujar Eric.

Berdasarkan kurs tengah BI, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Rabu mencapai Rp13.328 per dolar AS, menguat dibandingkan hari sebelumnya Rp13.381 per dolar AS.

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2017