Ngabang, Kalbar (ANTARA News) - Calon bupati Landak, Kalimantan Barat, Karolin Margret Natasa menyatakan dirinya layak menjadi bupati, bukan karena putri seorang gubernur, melainkan berdasarkan kematangan di dunia politik, dan niat tulus untuk mengabdikan diri kepada masyarakat.

"Sampai saat ini masih saja ada yang mengatakan kalau bukan karena anak Cornelis (Gubernur Kalbar), saya tidak akan bisa mencalonkan diri sebagai bupati Landak. Jelas anggapan ini tidak benar, karena saya mencalonkan diri sebagai bupati justru atas perintah partai yang menilai saya sudah sangat layak untuk memimpin Landak," kata Karolin saat menggelar kampanye di Kecamatan Sengah Temila, Rabu.

Di hadapan ratusan masyarakat Sengah Temila, ia menjelaskan bahwa pada tahun 2011, saat pemilihan bupati dan wakil bupati Landak, dirinya sudah diminta langsung oleh Ketua DPP PDI Perjuangan, Megawai Soekarnoputri untuk mencalonkan diri. Namun, dia menolak dengan halus karena merasa masih banyak belajar di luar, agar bukan karbitan saat menjadi bupati di Landak.

Saat itu, ia pun masih baru dua tahun menjadi anggota DPR RI dan perlu banyak mencari pengetahuan dan relasi politik di Jakarta, meski pada pemilihan legislatif 2009 menjadi anggota DPR ketiga dengan perolehan suara terbanyak se-Indonesia setelah Puan Maharani dan Edhie Baskoro Yudhoyono.

Dirinya pun kemudian kembali mencalonkan diri pada pemilihan legislatif 2014 dan berhasil menjadi anggota DPR dengan perolehan suara paling banyak se-Indonesia.

Prestasi itu, katanya, diraih dengan kematangan dalam berpolitik, buah kerja keras dan dikenal sangat lekat dengan masyarakat.

Tidak hanya berkarier di dunia politik, ia juga aktif dalam berbagai organisasi kemasyarakatan, sehingga menjadi wanita pertama yang menjadi Ketua Umum Pengurus Pusat Pemuda Katolik.

Atas berbagai prestasinya itu, ia kembali diminta DPPR partai yang membesarkannya untuk maju dalam Pilkada Landak 2017.

"Satu tahun saya berpikir untuk menjalankan perintah partai itu, sehingga saya mengiyakan karena saya ingin kembali ke Landak untuk membangun daerah saya sendiri. Jadi bukan karena diminta oleh bapak saya, ini yang perlu saya luruskan," tuturnya.

Karolin mengatakan, orang tuanya juga sama sekali tidak pernah memaksa dirinya untuk terjun ke dunia politik, terlebih untuk mencalonkan diri sebagai bupati Landak. Semua itu diakuinya karena panggilan hati, dan darah dari sang ayah yang mengalir dalam dirinya menyebabkan mengambil langkah itu.

"Saat maju sebagai calon legislatif, sejak pertama dulu bapak saya tidak pernah membantu mendongkrak suara saya. Semua saya lakukan sendiri. Beliau juga tidak pernah memanjakan saya dan adik saya, karena kami dari kecil memang dididik untuk mandiri," kata Karolin.

Dirinya selalu memegang teguh apa yang diajarkan oleh ayahnya.

Sang ayah sering mengatakan tidak akan memberikan kemewahan atau kenyamanan sebagai putri-putri mantan bupati Landak dan (kini) Gubernur Kalbar, namun hanya membekali ilmu sebagai pedoman hidup.

"Makanya, saya selalu bisa menempatkan diri di manapun saya berada, dan saya mampu melakukan semua ini karena didikan keras orang tua saya," kata Karolin.

Untuk itu, dirinya meminta agar masyarakat tidak termakan oleh isu-isu menyesatkan yang beredar di luar, yang diyakininya sengaja diembuskan oleh lawan politiknya.

"Yang jelas, saya hadir di sini dan sudah membuktikan kerja saya saat menjadi anggota DPR. Tinggal bagaimana masyarakat melihatnya, dan saya yakin masyarakat tahu akan hal itu," kata Karolin.

Pewarta: Rendra Oxtora
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017