Jakarta (ANTARA News) - Bukan pemandangan yang membingungkan lagi bila sekarang melihat anak muda, sambil berjalan atau saat duduk-duduk di kedai kopi, mengambil video dengan kamera depan ponsel, lalu bicara, seolah sedang siaran televisi.







Beberapa tahun belakangan, media sosial berlomba menawarkan layanan siaran langsung (live streaming) yang dapat ditonton oleh pengguna lainnya.







Ketika Snapchat masuk dengan video live streaming singkat, pemain besar seperti Facebook dan Instagram segera mengambil langkah agar tidak tertinggal.







2016 lalu, Indonesia kedatangan beberapa aplikasi layanan live streaming sekaligus, seperti Bigo Live, Nono Live dan Kitty Live.







Rian Sidik, 26, sudah beberapa waktu belakangan mengisi waktu luangnya dengan menonton siaran live streaming setelah beraktivitas.







“Nggak tentu, nggak pernah sampai dua jam, sih,” cerita Rian kepada ANTARA News.







Biasanya, ia mencari konten siaran yang lucu atau yang dibawakan oleh perempuan berpenampilan menarik.







Begitu juga dengan Wahyu Laksono, ia sempat ikut-ikutan menonton siaran live streaming karena ingin tahu.







Aplikasi live streaming tergolong berat bagi perangkat yang dimilikinya sehingga ia hanya tahan beberapa menit setiap kali menonton.







“Di sela-sela (kegiatan) saja, sih, nggak sampai berjam-jam,” kata dia, sambil menyebutkan boros kuota internet sehingga ia tidak melanjutkannya lagi sekarang ini.







Sesekali, Rian dan Wahyu berinteraksi dengan penyiar, atau yang kerap disebut host atau VJ, dengan memberikan komentar.







Bila komentar mereka dibaca, sang penyiar akan membalasnya dalam siaran itu.







Apresiasi untuk penyiar, selain berupa komentar, juga dapat dengan memberikan “gift”, hadiah. Tetapi, sebelum memberi gift, mereka harus merogoh kocek betulan di Google Wallet.







Gift di aplikasi Nono Live disebut dengan “coin”, harganya bervariasi, mulai dari Rp 15.000 untuk 150 coin hingga Rp 4.999 juta untuk 49.900 coin. 







Sementara Kitty Live menyebutnya dengan “ruby”, 49 ruby setara dengan sekitar Rp 13 ribu (0,99 dolar).




Ladang bisnis

Siapa pun dapat menjadi penyiar di aplikasi live streaming tanpa harus menjadi orang terkenal di dunia nyata sebelumnya.







Pemilik akun temporarts #LOL di Nono Live, sejak tiga bulan belakangan menekuni pekerjaan barunya sebagai official host, alias penyiar resmi, di aplikasi tersebut.







Berawal dari ingin tahu bermain live streaming, ia akhirnya ditawari oleh manajemen yang berada di bawah aplikasi tersebut untuk menjadi penyiar resmi.







“Castingnya siaran saja, yang penting sesuai kriteria, harus rapi, ramah dan seru. Nanti ada yang interview live. Terus lolos deh, jadinya keterusan,” kata dia.







Official host memiliki jam siar yang harus dipenuhi setiap bulan, temporarts #LOL siaran 50 jam sebulan. Ia membaginya menjadi sekitar 2 hingga 3 jam sehari.







Ia biasanya membuka permintaan lagu, request lagu, layaknya siaran radio atau sesekali membacakan kartu tarot.







Marissa Priscilla, penyiar resmi di Kitty Live, harus siaran selama 40 jam dalam sebulan, ia melakukannya di sela-sela kesibukan studi pasca-sarjana di salah satu universitas swasta di Jakarta.







Penyiar mendapatkan gaji dari siaran yang mereka lakukan. Jumlahnya beragam, ada yang mendapat Rp 2-3 juta dalam sebulan, bisa juga hingga Rp 7 juta bila mendapat gift.







Setiap bulan, pendapatan mereka belum tentu sama, bergantung pada gift yang mereka dapatkan. Mereka mendapat komisi 20-30 persen dari jumlah keseluruhan gift yang mereka dapatkan dalam sebulan.







“Semakin banyak gift, semakin besar komisi yang kita dapat,” kata temporarts #LOL, yang kini memiliki sekitar 9 ribu pengikut.







Gift juga yang membuat penyiar yang tidak bijak untuk mengambil jalan pintas dengan membuat konten berbau pornografi.







Marissa mengakui ada penyiar yang nakal sehingga membuat konten siar vulgar, namun berpendapat umumnya mereka bukan penyiar resmi.







Penyiar resmi, jelas dia, harus mematuhi peraturan yang dibuat manajemen antara lain tidak membuat konten yang memuat pornografi.







“Kalau ketahuan agensi akan langsung diputus,” kata dia.







Temporarts #LOL akan segera memblokir penonton yang memberi komentar menjurus ke pornografi, begitu juga ketika ia menemukan konten negatif ketika menonton siaran di aplikasi live streaming.







Layanan live streaming diperkirakan akan semakin populer di 2017 ini berkat penggunaan internet yang cukup besar sekarang.







Survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menyatakan pengguna internet di Indonesia pada 2016 mencapai 132,7 juta orang, dari total penduduk Indonesia 256, 2 juta orang.







Operator pun mendukung layanan seperti ini dengan menyediakan paket internet atau kuota ekstra untuk menonton layanan live streaming.

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2017