Oakland, California (ANTARA News) - Istri dari pelaku penembakan massal yang mematikan dalam sejarah modern Amerika Serikat, Rabu, mengaku tidak bersalah atas tuduhan membantu suaminya melakukan aksinya.

Noor Salman (30) dituduh membantu suaminya menjelang penembakan 49 orang di sebuah klub malam gay di Florida dan kemudian menyesatkan penyelidikan pihak berwenang.

Salman membantu dan memberikan dukungan bagi suaminya, Omar Mateen, dalam usahanya untuk memberikan dukungan material kepada organisasi teroris, kata jaksa federal.

Mereka juga menuduhnya menghalangi keadilan dengan berbohong kepada pihak berwenang yang menyelidiki pembantaian itu pada Juni 2016.

Salman muncul di pengadilan federal di Oakland, California, dengan seragam penjara orange dan tetap diam. Seorang pengacara memasukkan permohonan tidak bersalah atas namanya.

Salman, orang pertama yang oleh otoritas Amerika Serikat ditangkap sehubungan dengan serangan itu, terancam penjara seumur hidup jika bersalah. Suaminya tewas dalam baku tembak dengan polisi setelah menyekap sandera selama tiga jam kebuntuan di klub malam Pulse di Orlando.

Salman tidak hadir selama peristiwa penembakan, yang juga menyebabkan puluhan orang terluka dan meningkatkan kekhawatiran tentang serangan dari warga Amerika Serikat yang terinspirasi oleh ISIS, organisasi militan.

Dewan juri menyampaikan dakwaan pada Selasa yang menuduhnya melakukan kegiatan kriminal yang dimulai sejak April, beberapa bulan sebelum pembantaian, tetapi tidak memberikan rincian tentang bagaimana dia membantu Mateen.

Para jaksa tidak mengungkapkan informasi lebih lanjut pada Rabu.

Sidang dengar pendapat akan diselenggarakan nanti berdasarkan penahanan dan pemindahan yang bersangkutan ke Florida. Salman ditangkap pada Senin di California, tempat dia tinggal bersama ibunya di wilayah San Francisco.

Mateen, 29, berjanji setia kepada pemimpin ISIS selama penembakan. Dia telah diselidiki dua kali oleh FBI untuk kemungkinan hubungan dengan kelompok-kelompok militan.

Mateen, yang tinggal di Fort Pierce, Florida, dengan Salman dan anak mereka, bersikap radikal dan bertindak sendiri tanpa bantuan atau permintaan dari luar negeri, menurut pihak berwenang Amerika Serikat.

Salman, seorang warga negara Amerika Serikat dan putri dari orang tua yang bermigrasi dari Tepi Barat pada tahun 1985, mengalami penyiksaan secara fisik oleh Mateen, menurut pamannya, Al Salman, kepada wartawan, Selasa.

Pamannya mengatakan dia tidak bersalah dan tidak tahu rencana suaminya, demikian dilaporkan Reuters.

(Uu.G003)

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2017