Kapolri menunjuk saya mengadakan kunjungan dan koordinasi masalah (pemberantasan) terorisme dan pengembangan kepolisian
Jakarta (ANTARA News) - Wakapolri Komjen Pol Syafruddin melakukan kunjungan kerja ke Jordania untuk menemui Kepala Public Security Departement (PSD) Kerajaan Jordania, Mayor Jenderal Ahmad Sarhan Al-Faqih guna membahas upaya penanganan terorisme.

"Kapolri menunjuk saya mengadakan kunjungan dan koordinasi masalah (pemberantasan) terorisme dan pengembangan kepolisian. Kami juga mengundang Kepolisian Jordania ke Indonesia agar jalinan kerja sama semakin erat," kata Wakapolri Komjen Pol Syafruddin dalam siaran pers, Kamis.

Dalam kunjungan kerja sejak Rabu (18/1) hingga Kamis ini, kedua belah pihak bertukar informasi mengenai situasi keamanan di negara masing-masing terutama terkait isu terorisme.

Syafruddin pun mengapresiasi sikap Kepolisian Jordania yang mengedepankan tindak pencegahan dalam menangani isu terorisme di negara tersebut.

"Pemberantasan terorisme dilakukan terutama dengan soft power dibandingkan hard power, pencegahan terorisme dipandang lebih baik dan penting. Selain itu, Jordania memiliki kesamaan dengan Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam," katanya.

Dalam kesempatan tersebut, Komjen Syafruddin juga menawarkan kerja sama dengan Kepolisian Jordania melalui penempatan perwakilan Polri di negara tersebut, serta menjalin kerja sama dalam pengembangan kapasitas dan pendidikan. Pasalnya, menurut dia, Jordania merupakan salah satu negara dengan kemampuan intelijen terbaik di dunia sehingga Indonesia harus banyak menimba ilmu dari Jordania.

"Jordania merupakan salah satu badan intelejen terbaik di dunia. Karenanya, perlu kita tingkatkan kerja sama pendidikan di bidang pemberantasan kejahatan transnasional, penanggulangan terorisme, perdagangan orang serta transfer pengetahuan intelijen," katanya.

Sementara Kepala Public Security Departement (PSD) Kerajaan Jordania, Mayor Jenderal Ahmad Sarhan Al-Faqih mengatakan negaranya kerap mendapat tantangan dari kasus-kasus terorisme dan radikalisme. Tantangan tersebut berasal dari kedatangan pengungsi yang berasal dari latar belakang yang berbeda-beda.

"Jordania telah menerima pengungsi dari tahun 1948 hingga saat ini, setiap hari kami menerima para pengungsi. Para pengungsi ini dari Libya, Suriah, Irak, Palestina dan lainnya sehingga berdampak pada Jordania dari segi ekonomi, keamanan dan sosial," ujarnya.

Ia menjelaskan adanya serangan terorisme membuat kesan suatu negara tidak aman dan dapat memperburuk citra Islam yang damai.

Menurut Al-Faqih, dalam memberantas isu terorisme, pihaknya melakukan komunikasi dengan berbagai pihak di antaranya dengan mengadakan berbagai seminar untuk mencegah berkembangnya paham-paham tersebut.

Ia mencontohkan pihaknya telah melakukan mediasi dengan 365 terpidana yang dipenjara karena menganut paham radikal. Dari upaya tersebut, pihaknya berhasil melakukan deradikalisasi sebanyak 61 orang.

"Jordania sangat mendukung gerakan anti terorisme dan menekan paham ekstrimisme, kami mengupayakan menekan dan menghilangkan paham tersebut," ujarnya.

Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2017