Jakarta (ANTARA News) - Menjelang pelantikan Presiden Amerika Serikat terpilih Donald J. Trump pada Jumat (20/1), mantan Wakil Menteri Luar Negeri Dino Patti Djalal mengatakan bahwa kebijakan Trump terhadap Indonesia masih bagaikan blank page atau halaman kosong yang belum terisi.

Dino mengatakan bahwa Trump belum pernah menyebut rencana kebijakannya terhadap Indonesia semasa ia berkampanye, sehingga belum ada gambaran yang utuh mengenai hubungan bilateral Indonesia dan AS di bawah kepemimpinan Presiden AS ke-45 tersebut.

"Yang jelas kita harus siap untuk menjalin hubungan konstruktif, tentunya, dan kedua, mengambil sikap apabila ada hal-hal prinsipil yang terganggu," kata Dino usai membacakan surat terbuka yang Ia tujukan kepada Trump di Jakarta, Kamis.

Dalam surat terbukanya, Dino menggarisbawahi beberapa hal yang menurutnya perlu menjadi perhatian bagi Trump, termasuk isu-isu yang menyangkut hubungan Amerika dengan negara-negara Asia dan kesinambungan Islam dengan dunia barat.

Baiknya hubungan antara Islam dan dunia barat adalah salah satu hal yang menentukan perdamaian dunia, kata Dino yang juga merupakan mantan Duta Besar Indonesia untuk AS itu.

Dalam hal ini, Ia yakin bahwa Indonesia memiliki peluang untuk memainkan peran untuk menjembatani dan melemaskan ketegangan yang mungkin timbul antara Islam dan Barat.

"Ini ada peluang. Indonesia adalah negara dengan mayoritas muslim terbesar di dunia, tapi kita juga negara demokrasi. Hubungan Indonesia juga baik dengan semua negara barat, termasuk Amerika dan Rusia," tegasnya.

Sementara itu, pada 30 Desember 2016, Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi mengatakan Pemerintah Indonesia masih menunggu kebijakan yang akan dijalankan Presiden Amerika Serikat terpilih Donald Trump untuk menentukan kebijakan hubungan diplomatik dengan negara Paman Sam itu.

"Kami masih menunggu kebijakan yang akan dijalankan oleh Trump karena sejauh ini yang kita lihat hanya janji-janji kampanye saja," kata Retno.

Menurutnya, janji-janji kampanye yang selama ini disuarakan oleh Trump akan menjadi perhatian Indonesia, khususnya sejauh mana janji itu direalisasikan dalam kebijakan AS ke dalam dan ke luar.

Meski demikian, menurut Retno, terlepas dari siapa pun presiden AS, posisi Indonesia sebagai mitra strategis akan tetap diperhitungkan AS.

"Masing-masing negara, baik Indonesia maupun Amerika memiliki posisi yang strategis. Hal itu yang akan mempengaruhi hubungan baik kita dengan Amerika," kata dia.

Pewarta: Aria Cindyara
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2017