Jakarta (ANTARA News) - PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) berencana menerbitkan surat utang jangka menengah sebesar Rp865 miliar untuk pengembangan bisnis di sektor farmasi, alat kesehatan (alkes) dan sektor agroindustri.

Direktur Keuangan PT RNI Yana Aditya mengatakan surat utang berjangka menengah atau "medium term notes" (MTN) tersebut akan diterbitkan oleh dua perusahaan, yaitu oleh PT RNI sebagai induk perusahaan sebesar Rp665 miliar dan anak perusahaan RNI bidang Farmasi PT Phapros Tbk sebesar Rp200 miliar.

"Penerbitan surat utang di PT Phapros, Tbk bertujuan untuk peningkatan skala bisnis perusahaan khususnya di bidang farmasi dan alkes," kata Yana di Jakarta, Kamis.

MTN yang rencananya diterbitkan pada semester-I 2017 itu untuk membiayai modal kerja, penambahan kapasitas pabrik farmasi dan ekspansi di sektor industri alat kesehatan.

Selain untuk modal kerja, dana MTN PT RNI akan digunakan untuk ekspansi industri alat kesehatan seperti alat deteksi X-ray dan oksigen terapi.

RNI menganggarkan belanja modal (capital expenditure) sebesar Rp1,1 triliun pada tahun 2017, atau meningkat 286 persen dibanding 2016. Belanja modal tersebut dipergunakan untuk pengembangan lini bisnis agro industri baik di lapangan maupun luar lapangan dan industri farmasi.

Sementara itu, MTN PT Phapros digunakan untuk membangun pabrik baru dan penambahan kapasitas pabrik Phapros di Simongan, Semarang, Jawa Tengah.

Yana yang juga menjabat Komisaris Utama PT Phapros menjelaskan pabrik Phapros yang lama dengan kapasitas produksi sebesar Rp2 miliar butir obat per tahun dan utilisasi di atas 80 persen akan ditingkatkan sehingga mendapatkan kapasitas maksimal.

Ada pun pengembangan bisnis farmasi yang dilakukan RNI untuk mendukung percepatan pengembangan industri farmasi dan alkes dalam negeri sesuai dengan Instruksi Presiden Republik Indonesia (Inpres) Nomor 6 Tahun 2016.

Saat ini industri alkes belum bisa menguasai pasar dalam negeri karena 94 persen pasar masih didominasi produk impor (menurut data Kementerian Kesehatan).

Di sisi lain, berdasarkan data Kementerian Kesehatan tahun 2015, nilai pasar industri alkes nasional mencapai Rp12 triliun, namun tidak diimbangi oleh produktivitas alkes nasional di mana hanya terdapat 6 persen izin edar alkes dalam negeri, selebihnya 94 persen dikuasai alkes import.

Perkembangan bisnis farmasi dan alkes RNI sendiri melalui PT Phapros terbilang sukses dengan catatan penjualan pada 2016 mencapai sekitar Rp810 miliar atau meningkat hingga 17 persen dibanding 2015 yang sebesar Rp691 miliar.

Sementara itu, laba bersih yang berhasil diraup pada 2016 diprediksi mencapai Rp100 miliar atau naik sebesar 59 persen dibanding 2015 sebesar Rp63 miliar.

Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2017