Jakarta (ANTARA News) - Jualo.com, sebagai situs jual beli barang (e-commerce) ternama di Indonesia mengawali perkembangan kinerja yang pesat di Indonesia pada 2016.

Situs jual beli yang berusia dua tahun asal Indonesia ini fokus untuk memberikan kebutuhan penjual dan pembeli dengan menghadirkan fitur yang sesuai dengan kebiasaan jual beli "online" masyarakat Indonesia.

"Sepanjang  2016, Jualo.com mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam pertambahan pengguna. Kami tetap low profile, kenyataannya saat ini kami mendapatkan sambutan yang luar biasa hangat dari masyarakat.  Perkembangan ini  karena kerja keras tim kami dalam 2 tahun terakhir untuk selalu mendengarkan apa yang user butuhkan dengan memegang prinsip dari Indonesia untuk Indonesia," kata Pedro Principe selaku COO jualo.com dalam keterangan resminya di Jakarta, Sabtu.

Menurut Pedro, situsnya memiliki fitur dimana situs lain tidak memilikinya, yakni memungkinkan user untuk memilih cara bertransaksi baik itu secara online maupun offline.

"Kami punya Jualo Kasbon, Jualo Rekening Bersama dan fitur yang dekat dengan budaya masyarakat Indonesia yakni tawar menawar atau nego," ujarnya.

Pedro menambahkan, pihaknya berkesempatan untuk bertanya secara langsung pada pengguna jualo yang merasakan frustasi akibat perubahan yang terjadi di sebuah situs tertentu yakni Sahrozi dan istrinya, Lidia. Suami istri yang tinggal di Manggarai, Jakarta Selatan ini tampak sangat mengandalkan situs jual beli online dalam praktik bisnisnya yakni jual beli motor bekas.

Semenjak perubahan drastis yang terjadi di situs tertentu tersebut, mereka tidak bisa menjual satu unit motorpun dalam berminggu-minggu. Di tengah keputus asaan, mereka menemukan jualo melalui mesin pencarian di hanpdhone. Tak lama setelah mereka menjadi pengguna di jualo.com, mereka telah menjual motor sebanyak 2-3 unit setiap harinya.

"Setelah saya mengunggah iklan motor bekas dagangan saya di jualo.com, ada banyak telepon masuk yang menanyakan motor tersebut. Sahrozi, suami saya, terheran-heran karena setelah sekian lama motor tidak kunjung terjual di toko online sebelah, akhirnya bisa terjual dengan mudah melalui jualo," ungkap Lidia.

Candra, pedagang furniture asal Kulonprogo, Yogyakarta, sebelumnya sangat aktif menggunakan situs jual beli yang telah mengakuisisi situs tertentu sebelumnya. Tidak berbeda dengan Ozi dan Lidia, Candra juga menemui banyak kesulitan setelah situs tersebut membuat banyak perubahan tampilan.

Selain itu, proses moderasi yang lama, sulitnya mencari produk dan situs yang sangat berat sehingga boros kuota internet. Pembatasan jarak wilayah pembelian yang dilakukan juga malah menjadi hal yang paling menyulitkan bagi penjual seperti Candra.

"Saya sempat bingung bagaimana cara menjual furniture saya ini karena adanya batasan jarak di toko online sebelah. Bahkan setelah pakai jualo.com bisnis furniture saya menjadi lebih lancar. Dan hal yang paling menyenangkan adalah adanya rekening bersama, tentu menjadi penunjang keamanan serta kelancaran bisnis saya untuk menjual produk di seluruh Indonesia," ujar Candra.

Banyak dari para pengguna jasa jual beli online yang  berbondong-bondong pindah ke jualo.com. Penggunanya mengekspresikan kemudahan yang ditawarkan oleh jualo.com melalui dunia maya seperti di media sosial, forum online ataupun media lainnya.

Fenomena hijrahnya pengguna situs tertentu ke jualo.com menjadi berita yang sangat hangat dibicarakan di awal tahun 2017 ini. Jualo menjadi situs jual beli yang diminati karena menawarkan kenyamanan, kemudahan serta keamanan untuk melakukan aktivitas perdagangan secara online di berbagai kategori mulai dari fashion, otomotif, properti, gadget dan banyak lagi.

Situs yang didirikan oleh Chaim Fetter sejak 2014 ini telah berkembang pesat menjadi  situs jual beli online utama di Indonesia dari 2 situs jual beli online sejenis yang ada. Chaim Fetter juga merupakan pendiri Yayasan Peduli Anak yang berdiri di Lombok sejak tahun 2006, yang sekarang merawat 100 anak untuk mendapat perlindungan dari kekerasan anak.

Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017