Kami selalu senang ketika musuh lama menjadi teman, dan ketika teman-teman lama menjadi sekutu."
Washington (ANTARA News) - Pemerintahan Trump akan menjadikan upaya melawan terorisme, terutama mengalahkan "kelompok teror Islam radikal" sebagai target utama kebijakan luar negerinya, demikian salah satu pernyataan di laman Gedung Putih sesaat setelah pelantikan Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS).

Trump, seorang tokoh dari Partai Republik, menggunakan pidato pelantikannya pada Jumat (20/1) untuk berjanji akan "menyatukan dunia melawan terorisme Islam radikal, yang akan kita basmi sepenuhnya dari muka bumi."

Dalam pernyataan yang berjudul "Kebijakan Luar Negeri Amerika yang Pertama", pemerintahan Trump mengatakan, "mengalahkan ISIS dan kelompok-kelompok teror Islam radikal lainnya akan menjadi prioritas tertinggi kami."

Untuk "mengalahkan dan menghancurkan" ISIS dan kelompok yang sejenis, pemerintahan Trump "akan mencari kerja sama agresif dan koalisi operasi militer bila diperlukan", bekerja memotong dana untuk kelompok teroris, memperluas jaringan berbagi data intelijen dan menggunakan sumber daya siber untuk mengganggu propaganda dan upaya perekrutan ISIS.

Pernyataan itu tidak memberikan indikasi tentang bagaimana kebijakan Trump akan berbeda dari pendahulunya, Barack Obama dari Partai Demokrat.

Pemerintahan Obama juga mengejar strategi itu, bekerja sama dengan sekutu Eropa dan Timur Tengah dalam kampanye pengeboman yang menargetkan pemimpin ISIS dan infrastruktur minyaknya, otorisasi operasi pasukan khusus AS terhadap kelompok itu, dan menggunakan sanksi dan metode lainnya untuk memotong pembiayaan.

Pidato Trump dan pernyataan itu mengulang kampanyenya yang mengritik Obama dan saingannya dari Partai Demokrat, Hillary Clinton, karena tidak menggunakan kalimat "kelompok teror Islam radikal" untuk menggambarkan ISIS dan kelompok garis keras lainnya.

Obama berpendapat bahwa menggunakan istilah itu akan mengacaukan perujukan antara "pembunuh" dengan "miliaran Muslim yang ada di seluruh dunia, termasuk di negeri ini, yang damai."

Hillary mengatakan jika menggunakan frasa itu akan membuat mereka melakukan keinginan kelompok militan yang ingin menggambarkan AS seperti sedang berperang dengan Islam.

Pernyataan Gedung Putih juga tampak menggarisbawahi hubungan dengan Rusia yang lebih baik, sesuatu yang telah dikatakan Trump akan dicapainya.

"Kami selalu senang ketika musuh lama menjadi teman, dan ketika teman-teman lama menjadi sekutu," catat Gedung Putih.

Trump menolak kritik bahwa dia terlalu bersemangat menjadikan Presiden Rusia Vladimir Putin sekutunya.

Pernyataan itu mengulang sumpah kampanye Trump untuk menarik diri dari Kerja sama Trans-Pacific, pakta perdagangan bebas Asia yang diperjuangkan Obama tetapi tidak mampu untuk mendapatkan persetujuan Kongres.

Trump mengatakan, tanpa elaborasi, bahwa kesepakatan perdagangan internasional telah merugikan para pekerja AS.

"Presiden Trump akan memastikan dalam pengawasannya, kebijakan perdagangan akan dilaksanakan oleh dan untuk rakyat, dan akan menempatkan Amerika lebih dulu," catatnya.

Dalam pernyataan terpisah di laman Gedung Putih, pemerintahan Trump mengatakan niatnya untuk mengembangkan sistem pertahanan peluru kendali (rudal) untuk melindungi dari serangan Iran dan Korea Utara.

Namun, pernyataan itu tidak mengatakan apakah sistem tersebut akan berbeda dari yang sudah dikembangkan, dan tidak menjelaskan biayanya atau mengatakan bagaimana itu akan dibiayai.

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2017