Blitar (ANTARA News) - Warga Tionghoa di Blitar, Jawa Timur, melakukan ritual pembersihan patung dewa serta dewi menjelang perayaan Imlek 2568 di Kelenteng Poo An Kiong, Blitar.

Petugas Kelenteng Poo An Kiong, Blitar, Endang Titis mengatakan ritual pembersihan ini selalu dilakukan sebelum datangnya tahun baru Imlek. Pembersihan ini disebut ritual kimsin atau memandikan rupang. Kegiatan ini sekaligus sebagai simbol pembersihan diri.

"Pembersihan ini sebagai simbol, dimana kita wajib membersihkan diri demi menyongsong besok menjadi lebih baik," katanya di Blitar, Selasa.

Dalam kepercayaan, ritual kimsin dilakukan setelah roh dewa dewi yang diyakini pergi ke langit untuk melaporkan amal perbuatan manusia di bumi selama satu tahun.

Ritual tersebut dilakukan dengan cara membasuh patung dengan air yang dicampur bunga mawar, melati, dan gading. Kegiatan ini dilakukan dengan maksud menyiapkan kembali tempat yang bersih untuk para roh dewa dewi ketika kembali turun ke bumi.

Ritual pembersihan patung ini dilakukan warga Tionghoa di dalam kelenteng. Pembersihan ini sekaligus sebagai simbol dan harapan agar ke depan selalu diberi keselamatan serta keberkahan.

"Harapan ke depan semua mendapatkan keselamatan, baik bagi keluarga, masyarakat, maupun negara Indonesia," harapnya.

Pembersihan juga dilakukan mulai dari pintu masuk kelenteng, altar sembahyang hingga tempat patung dewa dan dewi. Setiap patung juga dibersihkan dengan perlakuan berbeda sesuai asal dan bahannya. Patung dewi dibersihkan oleh perempuan, sementara patung dewa dibersihkan kaum laki-laki.

Proses pembersihan patung itu dilakukan satu per satu mulai dari patung yang kecil hingga besar. Patung-patung kecil dibersihkan dari debu dengan kuas serta dibasuh dengan air yang berisi bunga.

Setelah semua patung dibasuh dengan air yang berisi bunga, patung-patung itu kembali diletakkan di tempat semula. Sementara, untuk patung-patung besar yang berada di dalam kelenteng juga dibersihkan, termasuk diberi cat ulang, agar warnanya lebih bagus.

Pewarta: Destyan HS
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017