Semarang (ANTARA News) - Pasar Imlek Semawis Semarang yang merupakan even tahunan untuk menyambut Tahun Baru Imlek tahun ini kembali digelar di kawasan Pecinan, Semarang, Jawa Tengah.

Acara tersebut dibuka secara langsung oleh Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi, Selasa malam, dengan menabuh kencreng, yakni sejenis alat musik tradisional Tiongkok menyerupai simbal.

Mengawali acara, penampilan tarian Genjring Rahayu yang dibawakan oleh siswi SMA Karangturi, Semarang, yang membawakan pesan penggambaran optimisme para kalangan muda.

Hadir pula pada kesempatan itu, Wakil Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu, Ketua DPRD Kota Semarang Supriyadi, dan jajaran tokoh dan sesepuh warga Tionghoa Semarang.

Semua tamu undangan dipersilakan untuk mengikuti Tuk Panjang, sebuah tradisi makan bersama di sebuah meja panjang yang menggambarkan kebhinnekaan, sebagaimana Imlek pada tahun sebelumnya.

"Libur Tahun Baru Imlek dimulai pada 2003 saat kepemimpinan Presiden Megawati Soekarnoputri. Saat ini, tidak hanya dirayakan warga Tionghoa, namun seluruh masyarakat," kata Hendrar Prihadi.

Wali kota yang akrab disapa Hendi itu mengaku terkesan dengan tradisi "tuk panjang" yang sudah dua kali digelar mengawali Pasar Imlek Semawis, sebab menggambarkan keberagaman masyarakat.

"Inti dari tradisi tuk panjang itu kurang lebih adalah kebersamaan dalam keberagaman sehingga perlu dirawat dengan saling menghormati dan menghargai satu sama lain," ungkapnya.

Ketua Komunitas Pecinan Semarang untuk Pariwisata (Kopi Semawis) Haryanto Halim menjelaskan penyelenggaraan Pasar Imlek Semawis Semarang kali ini mengangkat tema "Pasar Obar-Abir".

"Tema ini juga mendalam maknanya. Artinya, warna-warni kebhinnekaan dalam satu kesatuan yang wajib didukung semua pihak. Masyarakat Semarang meyakini keberagaman adalah keniscayaan," katanya.

Bahkan, kata dia, hidangan yang disajikan dalam tradisi "tuk panjang" juga mengacu tema yang beraneka ragam, seperti lunpia cap go meh, sup shanghai, brokoli jamur tungku, hingga jajan pasar.

"Semoga keharmonisan selalu mewarnai kehidupan di tahun ayam mendatang," pungkasnya.

Senada dengan itu, Direktur PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Irwan Hidayat mengatakan keberagaman budaya tercermin dalam perayaan Imlek yang sudah semestinya terus dipelihara dan dirawat.

"Kebudayaan seperti ini musti dipelihara untuk memperkaya Indonesia. Kalau semuanya satu macem kan kurang rame," katanya, saat mengunjungi salah satu stan Sido Muncul di Pasar Imlek Semawis.

Sebagai bentuk dukungan terhadap pelestarian keberagaman budaya, Irwan mengatakan Sido Muncul selalu terlibat aktif dalam berbagai acara kebudayaan, termasuk perayaan Cap Go Meh di Yogyakarta.

Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017