Jakarta (ANTARA News) - Mata uang sejumlah negara-negara berkembang rentan terpengaruh dengan janji proteksionisme yang diperkirakan bakal menjadi arah kebijakan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kata VP Market Research FXTM, Jameel Ahmad.

"Saat ini saya sangat memantau mata uang pasar berkembang, terutama karena posisi aset-aset ini dianggap paling rentan terpengaruh oleh janji proteksionisme Trump," kata Ahmad, dalam keterangan tertulisnya, Kamis.

Dia mencontohkan, mata uang lira Turki sedikit melemah pascakeputusan mengejutkan dari Bank Sentral Turki untuk mengubah kebijakan moneternya.

Meski lira Turki sedang merosot dan tertekan, lanjutnya, tetapi keputusan bank sentral negara itu dinilai tidak terlalu salah bila memperhatikan potensi dampak perubahan kebijakan seperti kasus rubel Rusia pada Desember 2014 lalu.

Berkaitan dengan rubel, ujar dia, mata uang Rusia itu dinilai akan terus mempertahankan posisinya sebagai salah satu mata uang terkuat di tahun 2017 walaupun alasan utama dan terbesarnya karena harga minyak telah berada di atas 50 dolar AS per barel, bukan karena hubungan baik antara Trump dan penguasa Rusia, Vladimir Putin.

"Salah satu mata uang yang paling terpukul sejak Trump memenangkan Pilpres AS adalah ringgit Malaysia," katanya dan menambahkan, perlu diperhatikan bahwa Ringgit sangat sensitif pada kepemilikan asing atas obligasi
pemerintah sehingga terkait dengan gambaran yang lebih jelas tentang prospek suku bunga AS pada 2017.

Kantor Berita Xinhua melaporkan, kurs dolar AS melemah terhadap sebagian besar mata uang utama di negara-negara maju pada Rabu (Kamis pagi WIB), karena investor khawatir Trump fokus terlalu banyak terhadap proteksionisme.

Trump menandatangani perintah eksekutif pada Rabu (25/1) untuk membangun tembok perbatasan AS-Meksiko, meningkatkan kekuatan patroli perbatasan dan mengekang imigran ilegal memasuki negara itu.

Para analis mengatakan investor kecewa karena sejauh ini mereka tidak mendengar rincian tentang rencana stimulus ekonomi Trump.

Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama, turun 0,17 persen menjadi 100,180 pada akhir perdagangan Rabu (25/1).

Pada akhir perdagangan New York, euro naik menjadi 1,0729 dolar dari 1,0728 dolar di sesi sebelumnya, dan pound Inggris naik menjadi 1,2623 dolar dari 1,2504 dolar di sesi sebelumnya. Dolar Australia turun menjadi 0,7551 dolar dari 0,7577 dolar.

Dolar AS dibeli 113,80 yen Jepang, lebih rendah dari 113,87 yen dari sesi sebelumnya. Dolar jatuh ke 1,0011 franc Swiss dari 1,0014 franc Swiss, dan turun tipis menjadi 1,3085 dolar Kanada dari 1,3157 dolar Kanada.

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017