Jakarta (ANTARA News) - Pembangunan bandara baru di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, telah dimulai, ditandai dengan peletakan batu merah pertama oleh Presiden Joko Widodo dalam satu seremoni bertajuk "Babat Alas Nawung Kridha", Jumat.

Pembangunan bandara di lahan seluas 587 hektare tersebut harus segera dilaksanakan, sebab perencanaannya sudah tujuh tahun, kata Presiden Joko Widodo dalam rilis di Jakarta.

"Bandara ini sudah direncanakan sejak enam hingga tujuh tahun yang lalu. Tidak segera terlaksana karena mundur-mundur terus," kata Presiden, mengenai bakal bandara di Desa Jangkaran, Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo itu.

Presiden menuturkan, para leluhur terdahulu sudah memprediksi bahwa di Kulon Progo suatu ketika akan ada sebuah bandara besar.

Prosesi Babat Alas Nawung Krido artinya membuka, membersihkan, merapikan, dan menata lahan di pesisir Temon tersebut, agar siap untuk didayagunakan sebagai lokasi pembangunan Bandara Internasional Yogyakarta yang dikelola PT Angkasa Pura I.

"Kelak di wilayah Temon ini akan menjual cincau di udara. Wilayah Temon ini kelak menjadi sarangnya capung besi. Kawasan di selatan Gunung Jeruk kelak menjadi kota atau pasar. Gelagah, akan menjadi mercusuarnya dunia," ujar Presiden.

Untuk itu, Presiden menyatakan sudah tepat jika pembangunan bandara ini dilanjutkan.

Kepala Negara berpesan, setelah prosesi ini, seluruh pembebasan lahan dan amdal segera diselesaikan dengan baik, dan penyelesaian pembangunan sesuai target waktu agar bisa segera digunakan masyarakat.

Sementara itu, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dalam laporannya mengatakan pembangunan bandara Internasional Yogyakarta di Kulon Progo tahap I ini ditargetkan selesai pada bulan Maret 2019.

Budi menuturkan kehadiran bandara tersebut sudah sangat dibutuhkan untuk menggantikan peran Bandara Adisutjipto yang yang kapasitasnya sudah tidak mampu menampung pertumbuhan pergerakan penumpang dan pesawat lantaran keterbatasan lahan.

"Kehadiran bandara ini tentunya akan menambah kenyamanan penumpang mengingat kondisi di Bandara Adisutjipto sudah penuh sesak. Kapasitasnya akan meningkat sekitar 10 kali lipat," katanya.

Budi menambahkan nanti ada penambahan beberapa rute baru, salah satunya adalah Yogyakarta-Jeddah, sehingga masyarakat Yogyakarta yang akan melaksanakan ibadah umrah atau haji, bisa memanfaatkan bandara tersebut.

Pembangunan bandara ini juga sangat dibutuhkan sebagai pintu masuk wisatawan ke Yogyakarta, sebagai destinasi andalan Indonesia selain Bali," katanya.

Dalam sambutan selamat datang, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X mengatakan pembangunan bandara tersebut akan menimbulkan efek domino yang positif bagi Yogyakarta, khususnya di Kulon Progo.

Selain dapat meningkatkan sektor transportasi, juga dapat meningkatkan sektor pariwisata, perdagangan, menciptakan lapangan kerja, dan pada akhirnya meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat.

Ia menuturkan, agar momentum pembangunan ini digunakan untuk membangun peradaban baru di Yogyakarta menjadi lebih modern dan dinamis.

"Babat Alas Nawung Kridha itu adalah transformasi atau reformasi. Pada abad 50 dulu para leluhur juga pernah melakukan Babat Alas. Pada abad ini, Babat Alas kita lakukan lagi di Kulon Progo. Ini akan mengubah peradaban dari tradisional statis menjadi modern dinamis," katanya.

Kapasitas maksimal terminal penumpang di bandara Adisutjipto yang memiliki luas 15 ribu meter persegi tersebut, hanya sekitar 1,2 juta penumpang per tahunnya.

Begitupun dengan fasilitas lainnya seperti, apron (area parkir pesawat) yang berkapasitas hanya delapan pesawat, dan landasan pacu (runway) sepanjang 2.250 meter, dinilai sudah tidak mampu lagi untuk menambah pergerakan pesawat dan melayani pesawat berbadan besar.

Padahal pada 2016, lanjut Budi, jumlah pergerakan penumpang di bandara Adisutjipto telah mencapai 7,2 juta penumpang.

"Tentunya kondisi tersebut membuat pelayanan tidak maksimal yang berdampak pada berkurangnya kenyamanan penumpang," katanya.

Ia mengataman nantinya Bandara Internasional Yogyakarta di Kulonprogo akan dibangun secara bertahap.

Pada tahap pertama, terminal penumpang yang akan dibangun yaitu seluas 130.000 meter persegi yang mampu menampung hingga 15 juta penumpang per tahunnya.

Dengan landasan pacu sepanjang 3.250 meter dan area parkir pesawat berkapasitas hingga 35 pesawat. Pembangunan tahap I ini ditargetkan selesai pada Maret 2019.

Pada tahap II dilakukan pengembangan lanjutan terminal penumpang menjadi 195 ribu meter persegi, yang mampu menampung hingga 20 juta penumpang per tahun.

Landasan pacu pun diperpanjang menjadi 3.600 meter dan area parkir pesawat dikembangkan menjadi berkapasitas hingga 45 pesawat, sehingga dapat melayani pesawat berbadan besar, misalnya, Boeing 747-400.

Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017