Malang (ANTARA News) - Sebanyak 22 bayi di bawah lima tahun atau balita di Kota Malang terdeteksi mengalami gizi buruk yang disebabkan beberapa faktor, seperti kekurangan asupan karbohidrat, protein, serta faktor keturunan.

"Jumlah 22 balita yang mengalami gizi buruk tersebut terbilang sangat kecil, yakni hanya 0,036 persen jika dibandingkan dengan jumlah balita yang tercacat sebanyak 60.911 balita yang ada di Kota Malang," kata Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Malang, Jawa Timur, Sumarjono di Malang, Minggu.

Ia mengakui terdeteksinya 22 balita yang mengalami gizi buruk maupun jumlah balita sebanyak 60.911 tersebut, didapatkan dari hasil pencatatan balita di pos pelayanan terpadu (posyandu) selama 2016 yang tersebar di setiap RW yang ada di kota itu.

Menurut dia, kekurangan gizi pada balita rata-rata disebabkan kurangnya asupan karbohidrat dan protein pada balita. Selain itu, juga karena faktor keturunan. Contohnya, orang tua bayi yang kekurangan gizi, saat melahirkan pun bayinya juga akan mengalami kekurangan gizi.

Ia menerangkan balita kurang gizi diindikasikan dengan berat badan tidak seimbang dengan usianya, kulit keriput, rambut mudah rontok, dan tulang belakang menonjol, bahkan mereka mudah rewel. Kekurangan gizi pada anak-anak berimbas pada pertumbuhan yang terganggu, kecerdasan menurun, dan kesulitan mengikuti pelajaran.

"Dinkes tidak hanya menangani balita atau anak-anak yang kekurangan gizi saja, tetapi juga kelebihan gizi. Indikasi balita anak-anak kelebihan gizi ini, di antaranya berat badan tidak ideal atau obesitas.

Anak yang bergizi lebih, lanjutnya, karena pola makan tidak teratur sementara aktivitasnya sangat kurang. Misalnya, anak zaman sekarang yang suka main gadget dan berdiam diri di satu tempat saja, tidak banyak bergerak (beraktivitas).

Balita atau anak-anak kelebihan gizi cenderung memiliki penyakit generatif sejak usia dini. Ancaman terkena serangan jantung dan diabetes pun lebih tinggi dibanding anak-anak yang tidak kelebihan gizi.

Untuk mengantisipasi balita yang kekurangan atau kelebihan gizi tersebut, Dinkes mengimbau agar ibu rajin memeriksakan anaknya ke posyandu. Sebab, dari pemeriksaan di posyandu ini, gizi anak akan teridentifikasi, sehingga tidak sampai kekurangan atau kelebihan. Di Kota Malang ada 647 posyandu tersebar di lima kecamatan.

"Datang saja ke posyandu, tidak dipungut biaya. Jika ibu-ibu rajin membawa balitanya ke posyandu, kami bisa menanggulangi mereka yang kekurangan gizi agar tidak sampai mengalami gizi buruk," paparnya.

Untuk menanggulangi gizi buruk tersebut, Dinkes menyiapkan program pemberian suplemen sebagai asupan tambahan sebanyak 20 ribu paket dengan anggaran sebesar Rp1,2 miliar."Mudah-mudahan dengan adanya tambahan suplemen ini, bisa meminimalisasi balita atau anak-anak yang kekurangan asupan gizi," urainya.

Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2017