Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat sore bergerak menguat sebesar menjadi Rp13.321, dibandingkan sebelumnya Rp13.351 per dolar AS.

Analis dari PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong di Jakarta, mengatakan sentimen eksternal, terutama dari Amerika Serikat yang ekonominya masih dinilai akan melambat pada 2017, menjadi salah satu faktor yang menekan dolar AS dan berdampak pada apresiasi rupiah.

"Kebijakan-kebijakan Presiden AS Donald Trump yang kurang populer membuat sebagian pelaku pasar uang menahan diri untuk masuk ke aset berdenominasi dolar AS," ujarnya.

Di sisi lain, lanjut dia, harga komoditas yang relati stabil dengan kecenderungan naik menambah dorongan bagi mata uang rupiah untuk bergerak di area positif.

"Pertumbuhan ekonomi Indonesia salah satunya ditopang dari sektor komoditas, harga komoditas yang meningkat akan berdampak pada fiskal yang lebih baik," katanya.

Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan dolar AS cenderung mengalami pelemahan menjelang rilis data tenaga kerja Amerika Serikat pada akhir pekan ini.

Ia mengatakan, tingkat pengangguran diprediksi stabil di 4,7 persen. Namun, data penggajian non pertanian (non-farm payroll/NFP) kemungkinan menunjukkan penurunan. Kondisi itu yang menahan laju dolar AS.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Jumat ini mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi Rp13.362 dibandingkan Kamis (2/2) Rp13.374.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2017