Kami mendengar kepedihan mereka ..."
Kuala Lumpur (ANTARA News) - Perdana Menteri Malaysia Najib Razak meluncurkan satu kapal berisi ribuan ton makanan dan persediaan darurat untuk para Muslim Rohingya di Myanmar, Jumat (3/2).

Namun, Pemerintah Malaysia tidak merinci secara jelas ke mana sebagian besar bantuan tersebut akan dikirimkan.

Kapal membawa 2.200 ton barang, yang 500 ton di antaranya akan diturunkan di kota terbesar Myanmar, Yangon.

Rencana untuk menurunkan sisanya ke negara bagian Rakhine di perbatasan dengan Bangladesh, tempat masyarakat Rohingya berada, masih belum diketahui.

Najib selama ini bersuara lantang menyangkut perlakuan yang dialami minoritas Muslim Rohingya di Myanmar.

Ia mendesak pemerintah negara berpenduduk mayoritas pemeluk Budha itu untuk menghentikan serangan-serangan terhadap kaum Muslim Rohingya.

Pemerintah Myanmar, yang dipimpin oleh pemenang hadiah Nobel Perdamaian Aung San Suu Kyi, membantah tuduhan tersebut.

Myanmar menegaskan bahwa banyak laporan soal kekerasan terhadap warga Rohingnya merupakan kabar palsu dan bersikeras bahwa kerusuhan di Negara Bagian Rakhine, tempat banyak warga Rohingya tinggal, merupakan masalah dalam negeri.

"Momen ini bersejarah ... suatu upaya mulia yang menunjukkan bahwa semua kepedihan dan penderitaan warga Rohingya di Myanmar tidak akan diabaikan," kata Najib saat berpidato di pelabuhan dekat Kuala Lumpur.

Ia menimplai, "Kami mendengar kepedihan mereka, mereka yang diperkosa, dibunuh dan dibakar hidup-hidup."

Pasukan keamanan Myanmar melancarkan operasi di Rakhine pada Oktober 2016, setelah sembilan polisi tewas dalam serangan di pos-pos perbatasan. Pemerintah setempat menuding masyarakat Rohingnya, yang dibantu milisi-milisi asing, sebagai pelaku serangan.

Sejak itu, setidak-tidaknya ada 86 orang tewas dan sekitar 66.000 lainnya mengungsikan diri ke Bangladesh. Para pengungsi, warga dan kelompok-kelompok pejuang hak asasi manusia (HAM) mengatakan bahwa pasukan Myanmar telah melakukan kekerasan, termasuk hukuman mati tanpa peradilan serta pemerkosaan.

Kementerian Luar Negeri Malaysia mengatakan dalam pernyataan bahwa Bangladesh telah memutuskan untuk tidak memberikan izin bagi kapal kiriman Malaysia itu untuk merapat di pelabuhan Teknaf, Bangladesh, tempat banyak pengungsi dari Rakhine berada.

Oleh karena itu, Menteri Luar Negeri Malaysia Anifah Aman telah meminta Komisioner Tinggi Bangladesh untuk Malaysia mengupayakan agar keputusan itu diubah.

Myanmar juga belum mengizinkan kapal tersebut berlayar menuju Sittwe, ibu kota Negara Bagian Rakhine.

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2017