Jakarta (ANTARA News) - Pebalap Repsol Honda Marc Marquez menorehkan rekor sebagai juara dunia termuda sepanjang sejarah MotoGP hingga dijuluki sebagai The Baby Alien.

Sejak memulai debutnya di MotoGP pada tahun 2013, Marc telah tiga kali menyandang titel juara dunia pada tahun 2013, 2014, dan 2016.

Bisa dibilang tahun 2014 menjadi tahunnya keluarga Marquez. Kebahagiaan mereka semakin sempurna setelah sang adik, Alex Marquez yang saat itu berlaga di Moto3 juga berhasil meraih gelar juara.



Dunia pun melihat kakak beradik itu sebagai pebalap top dunia. Namun, jauh dari hingar bingar arena balap dan teriakan para penggemar, Marc dan Alex tetap menjadi anak yang harus mematuhi aturan ketat sang ibu di rumah. Dan rumah mereka pun masih sama, rumah kecil di Cervera (sebuah desa dekat Catalunya).

Sebagai juara dunia dan kerap berkeliling berbagai negara, Marquez mungkin bisa mendapatkan apa yang ia ingin dengan mudah dan perlakuan yang mewah. Tetapi saat ia kembali ke rumahnya, pebalap berusia 23 tahun itu hanya lah anak dari Julia Marquez dan Roser Alenta.

Meskipun seorang juara dunia, Marquez harus mengikuti aturan ibunya, misalnya, saat ia latihan renang dengan adiknya, Alex. Usai latihan renang, mereka harus mengurus barang-barang mereka sendiri.

"Mereka tidak boleh meninggalkan handuk basah di dalam tas," kata Roser Alenta mengungkapkan aturan yang selalu ia terapkan kepada kedua putranya. Mereka harus menjemur dulu di atas radiator biar kering, paparnya.

"Mereka mungkin juara dunia," katanya, "tetapi mereka masih anak-anak saya, dan ini adalah contoh hal-hal yang harus dilakukan saat di rumah," sebagaimana dikutip The New York Times.

Pada setiap musim dingin--setelah Marc melalui perjalanan dunia dan membalap, dieluk-elukkan penggemar, memperoleh penghasilan sekitar 11 juta dolar AS setiap tahun dalam dua musim terakhir ini-- dia masih tidur di tempat tidur sederhana, dikelilingi koleksi mainan mobil yang dikumpulkannya sejak kecil.

Marc masih berbagi kamar yang sama dengan Alex dan tidur di tempat tidur yang mereka buat sendiri.

"Saya memahami orang lain mungkin ingin menghabiskan musim dingin di tempat seperti Maladewa, tapi ini adalah tempat saya sejak dulu dan masih akan selalu," kata Marc. "Tentu saja hidup saya tidak persis seperti yang dulu, tapi jika Anda melihat rombongan saya - keluarga saya, teman-teman dan manajer - perubahannya tidak ada, nol. Dan di sini saya juga bisa latihan dengan sahabatku, adikku. "

Sementara di kamarnya, Marc menyimpan pemberian dari teman-temannya sesama bintang dunia, seperti sepatu bola dari bek Barcelona Gerard Pique, helm dari pebalap F1 Fernando Alonso. Sepertinya kamarnya tidak memperlihatkan seberapa jago dan seberapa cepat dirinya di atas aspal.

Motor-motor dan peralatannya justru disimpan di sebuah "museum" di rumahnya. Rumah keluarga Marquez memiliki sebuah ruangan yang diisi dengan berbagai piala-piala milik Marquez bersaudara.

Pada tahun 2013, di musim pertamanya berkompetisi di kelas elit MotoGP, Marquez--pada usia 20 tahun--memenangkan gelar juara yang menjadikannya pebalap termuda yang berhasil merengkuh gelar juara dunia MotoGP, mengalahkan rekor yang dicatat 30 tahun sebelumnya oleh pembalap Amerika Freddie Spencer .

Marc kembali menjadi juara dunia pada tahun 2014, tahun ia dan Alex --yang berlaga di Moto3-- menjadi kakak beradik pertama yang sama-sama meraih gelar juara dunia balap motor tersebut.

Tahun 2016, Marc kembali merebut juara dunia setelah gagal tahun sebelumnya, sehingga jika ditotal ia telah lima kali menjadi juara dunia (sisanya saat di Moto2 dan kelas 125cc), dan kemenangan total sebanyak 29 kali.

Meski tahun 2015 ia gagal membawa gelar juara dunia, tetapi pebalap kelahiran 17 Februari 1993 itu memecahkan rekor untuk kecepatan tercepat selama pertandingan, dengan catatan 350 kilometer per jam, atau sekitar 217 mil per jam.

Keterampilan Marquez menangani motornya merupakan kesuksesan atas revolusiner-nya, sebuah gaya di mana dia bersandar begitu jauh ke bawah di setiap sudut bersamaan dengan sikunya, lututnya, memantapkannya saat berkontak dengan aspal.


motogp.com


Perjuangan keras Marquez


Bersaing dengan pebalap-pebalap yang lebih kuat di awal-awal kariernya, Marc memang harus bekerja keras untuk mengembangkan gaya yang memungkinkan dia untuk mengontrol sepeda motornya yang kebesaran (lebih besar dari tubuhnya yang kecil), ujar ayahnya, Julia.

"Tubuhnya hanya berkembang di usia 18 atau 19 tahun," ujar dia yang mengungkapkan tinggi tubuh putranya itu sekitar  sekitar 5 kaki 7 inci dan 140 pon.

Selama debutnya di tur dunia sebagai rookie saat masih berusia 15 tahun, Marc masih sangat kecil sehingga motornya harus ditambah beratnya secara signifikan untuk memenuhi peraturan berat badan. Dia pun memilih semut sebagai lambang balapnya, karena  serangga dapat mengangkat beberapa kali beratnya sendiri.

Namun Marc memiliki kelebihan sebagai seorang profesional, membalap di trek dengan reaksi kecepatan kilat yang ia asah sejak meluncur di lumpur sebagai juara motorcross junior di Catalonia.

"Motocross adalah tentang improvisasi - Anda harus bereaksi terhadap lubang yang tak terduga dan bekas roda - yang sebagian besar orang yang biasanya berkendara di permukaan yang datar tidak benar-benar belajar soal ini," kata Emilio Alzamora, mantan juara Spanyol yang melihat bakat Marc saat berusia 12 tahun dan kemudian menjadi manajernya.

Setelah menghabiskan masa kecilnya menghadiri balapan dengan ayah dan pamannya, yang bekerja sebagai relawan penyelenggara lomba motorcross akhir pekan motocross, Marc meminta sepeda motor pertama ketika ia berusia 4 tahun.

Orang tuanya memberinya model bekas yang dicat putih dan fuchsia yang awalnya dilengkapi dengan stabilizer untuk menjaga agar ia tidak terjatuh ketika menungganginya.




"Marc sudah seperti spons, menyerap apa pun yang pengendara lakukan, seperti tidak ada orang lain seusianya," kata pamannya, Ramon Márquez.

Meskipun ia senang melaju di medan kasar, Marc enggan beralih ke lintasan balapan setelah federasi Catalan menciptakan kompetisi baru dan menawarkan untuk membeli peralatan untuk pengendara pertama.

Itu sudah cukup berat bagi orangtuanya untuk berjuang membiayai karier balap dari dua putra mereka dengan gaji sederhana dari ayah yang pekerjaannya hanya mengoperasikan alat penggali konstruksi dan seorang ibu yang bekerja sebagai sekretaris.

Ketika Marc bertambah besar, orangtuanya menambahkan strip ekstra dari kulit untuk memperpanjang baju balap pertamanya daripada membeli yang baru. Alex, tiga tahun lebih muda dan sekarang sekitar tiga inci lebih tinggi dari saudaranya.

"Kami kadang-kadang tidak akan makan keluar untuk membantu membeli sepatu untuk anak-anak kami," kata ibu Marquez. "Orang-orang melihat di mana Marc dan Alex berdiri sekarang, tapi kami tahu ada banyak pengorbanan untuk sampai ke sana."




Bahkan, kedua orangtua Marquez kehilangan pekerjaan mereka akibat dari krisis ekonomi Spanyol baru-baru ini, dan sejak itu Julià Márquez telah mengikuti anak-anaknya ke seluruh dunia.

Hal ini membuatnya harus menjaga keseimbangan antara keputusan menerima resiko dan penghargaan yang melekat dalam balap, yang dibangunnya selama seumur hidup menonton anak-anaknya, dengan kekhawatiran sebagai ayah mereka.

"Saya menonton Marc menjadi sangat agresif dan kadang-kadang saya kemudian meminta kepadanya apakah yang benar-benar dibutuhkan," katanya. "Jawaban Marc adalah selalu bahwa jika saya tidak mencoba ini, saya tidak akan tahu di mana batas tersebut."

Pendekatan tersebut membuat Marc mengalami beberapa kali patah tulang, meskipun ia telah lolos dari cedera yang parah. Istirahatnya terpanjang dari kompetisi adalah lima bulan, ketika ia harus operasi mata setelah membenturkan kepalanya pada musim gugur pada tahun 2011 di Malaysia.

Keberhasilan Marc dan gaya balapnya, telah menggelisahkan sejumlah kalangan saingan yang lebih mapan di paddock, khususnya Valentino Rossi, juara dunia sembilan kali dari Italia.

"Setelah saya datang ke MotoGP, ada kritik bahwa aku terlalu agresif dan mengambil terlalu banyak risiko, tapi sekarang kita melihat bahwa orang lain telah mengikuti saya," kata dia.

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017