Responsnya luar biasa dan mereka keluar dengan penuh haru
Jakarta (ANTARA News) - Sutradara film "Salawaku" Pritagita Arianega menguak alasan mengapa film pertamanya itu baru akan menggebrak bisokop Tanah Air pada 23 Februari mendatang.

Padahal, "Salawaku" telah diputar di Tokyo International Film Festival 2016 dan telah memenangi beberapa kategori dalam Festival Film Indonesia (FFI) serta meraih Film Panjang Bioskop Terbaik dalam Apresiasi Film Indonesia (AFI) 2016.

"Sebenarnya kami dapat slot pada 6 Oktober 2016, tapi seminggu kemudian kami dapat kabar kami masuk Tokyo International Film Festival, dan dapat status World Premier yang syarat utamanya adalah tidak boleh ditayangkan di mana pun," kata Prita kepada ANTARA News, di Jakarta, Jumat.

"Jadi, mau enggak mau kami harus menghadap pihak 21, tapi 21 hubungannya dengan banyak film yang sudah mengantre, jadi kami tidak bisa menunda di Oktober, kemudian dapat di November, tidak semudah itu, kemudian kita menunggu mereka kosong lagi, dapatnya Februari," sambung dia.

Menurut produser "Salawaku" Dewi Umaya, film "Salawaku" tayang tiga kali di Tokyo International Film Festival, dan mendapat respons positif dari penonton.

Dewi mengatakan para penonton terpukau dengan alam Indonesia, dan kagum dengan tema yang diangkat, tentang perempuan yang menggugurkan kandung, yang masih menjadi perdebatan.

"Responsnya luar biasa dan mereka keluar dengan penuh haru," ujar dia.

"Mereka juga terpana dengan Elco (pemeran utama pria) yang terjun ke air terjun. Mereka baru tahu ada anak seberani itu, padahal itu alami, kultur yang sebenarnya baru banyak diketahui orang di luar," lanjut dia.

Pembuatan film "Salawaku" dimulai pada November 2014, pengambilan gambar mulai Juni 2015, dan selesai pada 2016.

"Tawaran itu ("Salawaku") ada ketika tahun 2009. Para produser muda ini pulang berlibur di Ambon. Kita riset mengumpulkan materi, risetnya google-ing hampir 2 bulan, kami ke sana balik lagi, total 4 bulan," ujar Prita.

Dari April hingga akan ditayangkan pada Oktober, Prita kemudian memutuskan untuk memasukkan film ke Festival.

"Beberapa festival menolak, yang paling pertama merespons adalah Tokyo International Film Festival jadi saya berpikir mungkin memang jodohnya di situ," kata dia.

"Ketika dibuat memang sama sekali tidak menyangka akan  berjalan sejauh ini," tambah dia.

(Baca juga: "Salawaku" jadi film Indonesia pertama yang didukung Bekraf)

Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2017