Denpasar (ANTARA News)) - Praktisi pariwisata, Bagus Sudibya, mengajak pemerintah Provinsi Bali dan para pemangku kepentingan terkait mengkaji kembali peluang dan kelemahan yang dihadapi daerah setempat dalam mengembangkan kepariwisataannya.

"Sebenarnya Bali memiliki berbagai kelebihan dibandingkan daerah lain, namun sekaligus itu menjadi tantangan. Ini agar kita supaya tidak keliru dalam mengembangkan pariwisata," kata Sudibya saat menjadi pembicara pada simakrama (silaturahmi dan temu wicara) gubernur Bali dengan masyarakat, di Denpasar, Sabtu.

Dia mengemukakan sejumlah kekuatan Bali itu di antaranya luas wilayah yang terbatas. Ini sesungguhnya dapat memudahkan dalam pengelolaan maupun pembangunan infrastruktur. 

Sampai saat ini Bali tidak memiliki sistem transportasi massal yang terpadu dan mudah diakses. Kepemilikian kendaraan pribadi dan milik perusahaan menjadi tulang punggung utama aktivitas masyarakat di sana, termasuk untuk kepentingan pariwisata. 

Alhasil terjadi kemacetan parah arus lalu-lintas pada banyak titik dan berujung pada pengurangan waktu kunjungan di titik-titik wisata yang semula ingin dinikmati para turis. 

Pada sisi lain Bali diketahui umum memiliki beragam budaya dan bentang alam yang indah.

"Namun, dengan berbagai kelebihan yang kita miliki itu, ibaratnya hidangan disajikan prasmanan. Ini juga sekaligus menjadi kelemahan kita karena kita bingung akan menyantap yang mana, apalagi jika kita mempunyai riwayat penyakit," ucapnya, yang beberapa kali menjabat sebagai pengurus Asita Pusat dan Bali itu.

Menurut dia, Bali harus tetap mengedepankan pariwisata budaya yang bernafaskan agama dan budaya berlatar agama Hindu. Tidak bisa karakteristik pariwisata di satu daerah misalnya di Kuta dan Sanur, dipaksakan juga berlaku di daerah lain.

"Oleh karena itu, mari kita petakan atau kaji ulang: di mana kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman kita. Selain dari hasil pemetaan itu hendaknya dapat mewakili kepentingan masyarakat secara menyeluruh," ujar pemilik Bagus Agro itu.

Dia menyoroti pengembangan 10 tujuan wisata baru di Tanah Air. Dia berpandangan, suka tidak suka, kalau pesaing Bali rajin mengadopsi kesuksesan Bali dan mempelajari kekurangan Bali, maka nanti mereka akan menjadi saingan berat Bali.

"Oleh karena itu, mari kita lihat persoalan semakin detail dan yang terpenting di Bali harus ada kesatuan visi misi. Gubernur juga saya harapkan bisa mengkoordinasikan dengan bupati/wali kota untuk menciptakan keharmonisan dalam pengembangan pariwisata Bali," katanya.

Dia mengajak semua pihak untuk tidak berpuas diri terhadap capaian Bali selama ini karena sesungguhnya sudah terjadi "kebocoran" kunjungan wisatawan asing dan domestik yang ke Bali.

Dia mengatakan lama tinggal wisatawan ke Bali sudah semakin singkat karena mereka memilih untuk membagi libur ke sejumlah daerah tetangga Bali. Akibatnya tingkat hunian hotel semakin rendah, di tengah 120.000 kamar hotel dan penginapan berbagai kelas yang tersedia di Bali.

"Pasar wisatawan Eropa menurut saya yang sangat menjanjikan di tengah kunjungannya mereka yang relatif lebih lama dan juga pembelanjaannya cukup tinggi. Apalagi wisatawan Eropa juga sangat tertarik dengan aktivitas budaya masyarakat Bali," katanya.

Kawasan Nuda Dua, Sanur, dan Ubud yang tenang sejak lama menjadi lokasi wisata kegemaran wisatawan Eropa.

Pewarta: Ni Luh Rhismawati
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017