Baghdad (ANTARA News) - Tiga roket Katyusha mendarat di Zona Hijau Baghdad pada Sabtu malam (11/2), cuma beberapa jam setelah bentrokan sengit antara demonstran dan pasukan keamanan sehingga menewaskan empat pemrotes dan satu anggota pasukan keamanan.

Roket tersebut diduga ditembakkan dari Jalan Palestina dan Permukiman Baladiyat di bagian timur Baghdad --keduanya adalah kubu pengikut ulama Syiah yang berpengaruh Moqtada As-Sadr, kata satu sumber Kementerian Dalam Negeri Irak kepada Xinhua.

Belum ada laporan mengenai korban jiwa akibat ledakan di Zona Hijau itu, yang menampung beberapa kantor pemerintah dan kedutaan besar asing, kata sumber tersebut.

Zona Hijau, yang dijaga ketat, telah sering menjadi sasaran serangan roket dan mortir oleh gerilyawan. Zona seluas 10 kilometer persegi itu berada di tepi barat Sungai Tigris, yang membelah Ibu Kota Irak.

Serangan tersebut dilancarkan setelah bentrokan sengit meletus di pusat kota Baghdad pada sore hari, ketika ribuan orang, kebanyakan pengikut As-Sadr, melintasi Jembatan Al-Jamhouriyah ke tepi barat Sungai Tigris.

Pemrotes berpawai ke gerbang Zona Hijau, sehingga menyulut bentrokan dengan pasukan keamanan, yang menembakkan gas air mata dan peluru aktif ke udara untuk membubarkan pemrotes, demikian laporan Xinhua di Jakarta, Minggu siang.

Menurut Gubernur Baghdad Ali At-Tamimi, bentrokan itu terjadi akibat terbunuhnya empat pemrotes dan cederanya 320 orang lagi, 79 di antara mereka menderita luka tembak.

Di sisi lain, satu pernyataan dari Komando Operasi Baghdad (BOC) mengatakan seorang anggota pasukan keamanan tewas dan tujuh lagi cedera akibat bentrokan.

Pemrotes menuntut perubahan dalam Komisi Tinggi Pemilihan Umum Independen (IHEC), yang mereka katakan sebagai badan pemilihan umum yang berada di bawah pengaruh partai yang memerintah.

Mereka juga menuntut pembaruan nyata dan menyeluruh dalam proses politik guna memerangi korupsi yang tersebar luas di negeri tersebut.

Pada Sabtu sore, Perdana Menteri Irak Haider Al-Abadi memerintahkan penyelidikan mengenai korban jiwa di kalangan anggota pasukan keamanan dan pemrotes yang terjadi selama hari itu akibat bentrokan antara kedua pihak. Ia berjanji akan menghukum mereka yang bertanggung-jawab atas peristiwa tersebut.

Sementara itu, kantor politik As-Sadr di dalam satu pernyataan menuding pemerintah bertanggung-jawab atas bentrokan itu sehingga menewaskan dan melukai banyak personel keamanan serta orang lain.

"Pemerintah menyakiti rakyatnya yang tidak bersenjata; menembakkan gas dan peluru aktif ke arah mereka dan memburu mereka di jalan serta lorong meskipun mereka tidak melintasi penghalang atau melewati setiap pembatasan," kata pernyataan tersebut.

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2017