Pada semester pertama ini, innovation center mereka segera beroperasi."
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto berupaya meningkatan kerja sama ekonomi antara Indonesia dengan Amerika Serikat (AS) melalui perjanjian bilateral yang diharapkan dapat memacu investasi dari Negeri Paman Sam sekaligus memperluas pasar ekspor bagi produk industri dalam negeri.

"Menurut Pak Dubes, orientasi Amerika saat ini adalah pada perjanjian bilateral. Untuk itu, kami menyampaikan, perdagangan kedua negara harus ditingkatkan. Bagi Indonesia, Amerika menjadi salah satu pasar yang sangat strategis," katanya, seusai bertemu dengan Duta Besar AS untuk Indonesia Joseph R. Donovan Jr. di Kementerian Perindustrian, Jakarta, Senin.

Kemenperin mencatat bahwa AS merupakan mitra dagang utama ketiga Indonesia setelah China dan Jepang dengan nilai total perdagangan pada periode Januari hingga Juli 2016 mencapai 13,02 miliar dolar AS.

Dari neraca perdagangan tersebut, Indonesia mengalami surplus senilai 5,23 miliar dolar AS atau naik 1,75 persen dibanding tahun 2015 yang senilai 5,14 miliar dolar AS.

Airlangga dalam keterangan tertuilisnya mencatat bahwa kerja sama RI-AS, khususnya di sektor industri perlu ditingkatkan lagi karena bersifat saling melengkapi.

"Selama ini investasi Amerika masuk ke Indonesia utamanya di sektor industri padat modal dan teknologi," ujarnya.

Sedangkan, Indonesia dapat mengisinya melalui industri yang cukup berdaya saing seperti kelompok sektor tekstil, pengolahan karet, kulit, barang kulit dan alas kaki, serta makanan dan minuman.

Airlangga menyampaikan, pihaknya tengah mendorong perjanjian bilateral untuk meningkatkan ekspor industri tekstil Indonesia ke AS.

"Saat ini, produk tekstil kita kena bea masuk di sana sebesar 12,5 persen, sedangkan Vietnam sudah nol persen karena ada agreement kedua negara. Jadi, perjanjian tersebut juga akan mendongkrak daya saing produk kita," catatnya.

Nilai ekspor Indonesia ke AS pada tahun 2016 senilai 9,13 miliar dolar AS. Adapun kelompok hasil industri yang juga memiliki nilai ekspor dengan tren positif, antara lain industri pengolahan kelapa sawit, furniture, pulp dan kertas, barang-barang kerajinan, elektronika, serta pengolahan alumunium.

Ia pun meminta investor AS dapat terus berkontribusi menanamkan modalnya di Indonesia terutama untuk memenuhi beberapa kawasan industri yang telah tersedia. Misalnya, kawasan industri di Dumai dan Tanjung Buton, Riau.

Selain itu, kawasan industri di Berau-Kalimantan Timur, Gresik-Jawa Timur, Kendal-Jawa Tengah, serta Morowali-Sulawesi Tengah.

"Di Sulawesi, kami fokuskan untuk industri pengolahan mineral serta di Riau dan Kalimantan Timur menjadi kawasan industri untuk pengolahan CPO," catatnya.

Airlangga juga berharap, tahun ini ada tambahan investasi atau ekspansi yang terealisasi dari pelaku industri AS. Contohnya, industri Apple yang akan membangun pusat inovasi di Indonesia.

Ia mengemukakan, "Pada semester pertama ini, innovation center mereka segera beroperasi. Mereka juga janji akan bangun lebih di tiga kota. Ini akan mendorong investasi berikutnya."

Industri potensial AS, dinilainya, beberapa industri potensial AS yang perlu dijajaki kerja sama dengan pelaku usaha dalam negeri, seperti sektor migas, mineral, pembangkit listrik, transportasi, dan telekomunikasi.

"Untuk industri sepatu merek Nike, Indonesia telah menjadi salah satu produsen terbesar," demikian Airlangga Hartarto.

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat, pada kuartal kedua tahun 2016 AS telah berkomitmen untuk berinvestasi di Indonesia sebanyak 73 proyek industri senilai 24,4 juta dolar AS di sektor-sektor industri makanan dan minuman, logam, permesinan dan elektronika, kimia, industri farmasi dan lain-lain.

Pewarta: Try Reza Essra
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2017