Gaya Agus saya kira itu tidak lepas dari anjuran Bapaknya. Bapaknya mungkin belakangan menyadari untuk menjadi seperti Habibie, menjadi Bapak Bangsa
Jakarta (ANTARA News) - Pengamat politik LIPI Indria Samego mengatakan bahwa pernyataan Agus Harimurti Yudhoyono (SHY) atas kekalahannya dalam pemilihan gubernur DKI Jakarta 2017 perlu diapresiasi.

"Kita harus mengapresiasi Agus. Di Indonesia ini biasanya orang kalau kalah, kalau tidak malu, mencari alasan, buang muka, atau benci kepada yang menang, itu perilaku tidak kesatria," kata Indria saat dihubungi ANTARA News, Kamis.

"Perilaku kesatria seperti yang dilakukan Agus. Kalah ya kalah, tidak kemudian mencari alasan," sambung dia.

Menurut Indria, langkah yang diambil Agus tersebut tidak lepas dari anjuran sang ayah, presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

(Baca juga: Pakar bahasa tubuh sebut Agus Yudhoyono tulus saat akui kekalahan)

"Gaya Agus saya kira itu tidak lepas dari anjuran Bapaknya. Bapaknya mungkin belakangan menyadari untuk menjadi seperti Habibie, menjadi  Bapak Bangsa," ujar Indria.

penyebab kalah

Lebih lanjut, Indria melihat kekalahan Agus dalam Pilkada DKI mungkin disebabkan oleh kurangnya usaha Agus untuk lebih dekat dengan pemilih, di luar usaha blusukannya.

"Saya tidak tahu bagaimana persisnya kampanye langsung dia (Agus) kepada calon pemilih. Dugaan saya mungkin terlalu mengklaim diterima, apalagi zaman sekarang zamannya foto narsis begitu," kata dia.

Menurut Indria, orang dekat AHY mungkin kurang fair dalam memberi masukan dengan laporan-laporan yang dia sebut "ABS", Asal Bapak Senang. Dia menduga ada ketimpangan laporan kunjungan antara timses dengan sesungguhnya persepsi masyarakat.

"Waktu dia (Agus) datang masyarakat banyak yang datang. Padahal Ahok datang mereka (masyarakat) datang lagi. Kemudian datang Anies juga begitu," ujar dia.

Indria juga tidak melihat tiga panggung debat berpengaruh pada masyarakat kelas bawah. "Saya enggak yakin orang Jakarta banyak yang menonton debat karena chanel sinetron lebih menarik dari debat elitis," kata dia.

Demikian pula dengan Sylviana Murni yang dia nilai tidak tampil gemilang dalam debat. Dia juga menilai bahwa pemilihan Sylvi untuk mendampingi Agus menuju kursi DKI 1 kurang tepat.

"Agak keliru juga memasang dia karena dia sebagai elit Betawi, satu-satunya perempuan, itu terlalu menggampangkan. Ditambah lagi kualitas debat yang tidak sesuai dengan harapan," ujar Indria.

(Baca juga: Agus: saya terima kekalahan dalam Pilgub DKI)

Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2017