Yogyakarta (ANTARA News) - Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Daerah Istimewa Yogyakarta meyakini program gerakan tanam cabai serantak mampu menekan tingginya harga cabai rawit merah yang hingga saat ini masih mencapai di atas Rp100 ribu per kilogram.

"Setidaknya dengan menanam cabai secara mandiri potensi kelangkaan cabai terkurangi, dan harga tidak akan naik signifikan," kata Kepala Subbidang Distribusi Pangan Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan (BKPP) DIY Sumaryatin di Yogyakarta, Kamis.

Berdasarkan pemantauan Disperindag DIY rata-rata harga cabai rawit merah per 16 Februari 2017 di Pasar Demangan, Pasar Bringharjo, dan Pasar Kranggan Yogyakarta mencapai Rp117.667 per kilogram (kg). Meski masih tinggi harga itu mengalami penurunan dibandingkan sepekan sebelumnya yang mencapai Rp122.000 per kg.

Sedangkan harga jenis cabai lainnya, seperti cabai merah besar masih Rp33.333 per kg, cabai merah keriting Rp31.333 per kg, dan cabai rawit hijau Rp66.333 per kg.

Sumaryatin berharap program tanam cabai yang ditandai dengan penyerahan 25.000 bibit cabai oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) DIY kepada tim penggerak PKK DIY pada 30 Januari harus terus diikuti dengan gerakan tanam cabai masyarakat secara menyeluruh.

"Kami berharap bisa terus memotivasi kalangan keluarga di DIY untuk terus menanam cabai di lingkungan rumah masing-masing secara mandiri," kata dia.

Meski tujuan utama mengurangi pengeluaran harian rumah tangga, khususnya terhadap kebutuhan cabai, namun gerakan itu ia yakini mampu mendorong stabilitas harga cabai di pasaran.

Ia berharap gerakan itu mampu terselenggara secara menyeluruh di tingkat perkotaan hingga pelosok perdesaan. Di perkotaan, masyarakat bisa menggunakan polybag atau kaleng, sedangkan di perdesaan penanaman cabai dianjurkan langsung di tanah pekarangan.

Menurut Sumaryatin, cabai rawit merah asal DIY banyak diminati konsumen daerah lain seperti Jakarta dan Bandung. Hal itu memicu banyak petani atau tengkulak berbondong-bondong mendistribusikan cabai ke luar DIY karena dapat dijual dengan harga lebih tinggi.

"Pasokan ke pedagang di DIY persentasenya hanya 25 persen, selebihnya dipasok ke luar daerah seperti Jakarta, Bandung, dan Semarang," kata dia.

Meski demikian, menurut Sumaryatin, berdasarkan pantauan di pasaran stok cabai di tingkat pedagang tidak ada kelangkaan persediaan dan masih mampu mencukupi kebutuhan masyarakat.

Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017