Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat sore, bergerak menjadi Rp13.335 per dolar AS.

"Surplus neraca perdagangan yang cukup besar menjadi salah satu faktor yang membantu memperkuat fundamental rupiah," kata ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih di Jakarta.

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan surplus neraca perdagangan Januari 2017 mencapai 1,40 miliar dolar AS, yang berasal dari nilai ekspor sebesar 13,4 miliar dolar AS dan nilai impor sebesar 11,9 miliar dolar AS.

Di sisi lain, lanjut Lana, Bank Indonesia yang memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan "7-Day Reverse Repo Rate" di level 4,75 persen dan bunga penyimpanan dana (Deposit Facility) 4 persen, serta bunga fasilitas penyediaan dana (Lending Facility) 5,5 persen, direspons cukup positif.

"Keputusan itu dengan mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan masih membaik dengan stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan yang terjaga," paparnya.

Sementara itu, Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan data ekonomi dari AS yang dirilis beberapa hari terakhir sebenarnya lebih baik dari perkiraan. Namun, belum pastinya kapan The Fed menaikkan suku bunga membuat dolar AS tertekan.

"Sentimen mengenai reformasi pajak dari Presiden AS Donald Trump yang juga belum ada kepastian turut membuat dolar AS menjadi terdepresiasi," kata Ariston.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Jumat ini mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi Rp13.328 dibandingkan Kamis (16/1) Rp13.329.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2017