Mulai tahun ini, kami meniadakan ujian masuk mandiri. Jadi hanya dua jalur untuk ujian masuk yakni Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN)."
Jakarta (ANTARA News) - Universitas Indonesia (UI) meniadakan seleksi masuk secara mandiri atau ujian mandiri untuk program sarjana mulai 2017.

"Mulai tahun ini, kami meniadakan ujian masuk mandiri. Jadi hanya dua jalur untuk ujian masuk yakni Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN)," ujar Emil dalam konferensi pers usai seminar pendidikan yang diselenggarakan BTA di Jakarta, Minggu.

Emil mengatakan keputusan itu diambil berdasarkan Permenristekdikti 126/2016 tentang penerimaan mahasiswa baru program sarjana.

Dalam peraturan tersebut, dijelaskan bahwa idealnya ujian masuk mandiri diambil dari hasil SBMPTN.

"Namun kami melihat hal itu tidak adil, bagaimana kalau anak itu tidak bisa ikut SBMPTN karena sakit. Akhirnya, kami memutuskan untuk meniadakan ujian masuk mandiri."

Berdasarkan Permenristekdikti tersebut alokasi untuk seleksi melalui penelusuran prestasi minimal 30 persen. Kemudian ujian tulis atau SBMPTN minimal 30 persen, dan ujian mandiri maksimal 30 persen.

Sebagai gantinya, UI mengubah alokasi untuk SNMPTN yakni 30 persen dan 70 persen untuk SBMPTN.

"Untuk universitas lain, masih mengadakan ujian mandiri. Tapi di UI tidak untuk program sarjana."

Direktur Bimbingan Tes Alumni 8 (BTA 8), Hasahatan Manulang, mengatakan masih banyak orang tua yang memaksa anaknya untuk masuk ke fakultas kedokteran.

"Dokter masih dianggap sebagai profesi yang menjanjikan yang bergelimang harta. Padahal dokter sendiri saya lihat, jarang bertemu anaknya karena harus mengejar target,"kata Hasahatan.

Idealnya orang tua hanya membantu anak untuk menemukan dimana "passion" anak tersebut, meskipun sebenarnya niat orang tua tersebut baik.

"Kecenderungan sekarang, anak banyak yang memilih program studi yang berbeda dengan keinginan orang tuanya," cetus Hasahatan.

Pewarta: Indriani
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017