Pelaku pasar saat ini masih menantikan dirilisnya kebijakan pajak dan fiskal dari Trump
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta pada Senin sore bergerak melemah sebesar 13 poin menjadi Rp13.360, dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.347 per dolar AS.

"Pelaku pasar uang tampaknya merespon negatif rilis utang luar negeri (ULN) Indonesia triwulan empat 2016 yang naik," kata Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada di Jakarta, Senin.

Bank Indonesia mencatat ULN Indonesia pada akhir triwulan empat 2016 sebesar 317,0 miliar dolar AS atau tumbuh 2 persen (year on year/yoy). Berdasarkan jangka waktu asal, ULN jangka panjang tumbuh 1,1 persen (yoy), sementara ULN jangka pendek tumbuh 8,6 persen (yoy).

Di sisi lain, lanjut dia, sebagian pelaku pasar uang juga masih khawatir di tengah ketidakpastian kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS (Fed Fund Rate). Kondisi yang belum pasti itu membuat pelaku pasar cukup hati-hati menempatkan dananya di pasar negara berkembang.

Namun, ia mengharapkan bahwa keputusan Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan "BI 7-day Reverse Repo Rate" sebesar 4,75 persen dapat menjaga mendukung momentum pemulihan ekonomi domestik.

Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan bahwa pelemahan mata uang di negara berkembang, termasuk rupiah juga seiring dengan antisipiasi pasar terhadap pengumuman reformasi pajak Presiden AS Donald Trump.

"Pelaku pasar saat ini masih menantikan dirilisnya kebijakan pajak dan fiskal dari Trump," katanya.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Senin ini mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah menjadi Rp13.352 dibandingkan Jumat (17/1) Rp13.328.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2017