Petaling Jaya, Malaysia (ANTARA News) - Pembunuhan terang-terangan Kim Jong-nam di Malaysia adalah peringatan untuk para elite Korea Utara untuk jangan coba-coba membelot dari negaranya melalui Malaysia.

"Pembunuhan ini menunjukkan kepada para elite bahwa jika mereka mau membelot, Korea Utara sudah menaman intelijennya di Malaysia. Mereka mengawasi siapa yang masuk dan siapa yang meninggalkan negeri itu (Malaysia)," kata Go Myong-hyun, pakar Asan Institute for Policy Studies yang berbasis di Seoul, dalam wawancara dengan Arirang TV, jaringan televisi Korea Selatan yang berbahasa Inggris.

"Jadi itu artinya jika negara Korea Utara ingin mengejar calon-calon pembelot yang ingin transit melalui Malaysia, maka ada risiko besar bagi mereka jika menggunakan Malaysia sebagai titik transit," sambung dia dalam laman The Star.

Sekitar 28.000 orang telah membelot dari Korea Utara ke Korea Selatan dari 1988 sampai 2015 dengan berbagai alasan.

Menurut Go, Korea Utara memilih Malaysia sebagai lokasi pembunuhan karena risikonya lebih rendah, ketimbang dilakukan di Macau, China atau Singapura, tiga tempat yang sering dikunjungi Kim.

Go mengatakan Macau tidak menjadi pilihan Korea Utara karena wilayah ini menjadi bagian China. Jika pemimpin Korea Utara Kim Jong-un  berada di balik pembunuhan dan pembunuhan terjadi di Macau atau China, sudah pasti China marah dan timbulkan konflik antara Korea Utara dan China.

Tetapi Korea Utara juga tidak memilih Singapura sebagai lokasi pembunuhan, karena tak ingin merusak hubungan dengan negara ini yang menjadi penghubunga penting bagi jejaring ekonomi Korea Utara di luar negeri.

"Malaysia, dalam satu hal, adalah tempat yang kurang berisiko untuk melancarkan operasi (pembunuhan) itu," kata Go.

Malaysia juga sebelum ini bersahabat dengan Korea Utara di mana kedua negara memiliki perjanjian untuk berkunjung tanpa menggunakan visa.

Kim Jong-nam, kakak tiri Kim Jong-un, meninggal dunia beberapa saat setelah disemprot cairan beracun pada wajahnya di KLIA2 pada 13 Februari.


Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2017