Jakarta (ANTARA News) - Donald Trump dikenal sebagai pria dengan kekayaan melimpah, jadi mungkin Anda berpikir dia pasti bisa mencari setelan jas yang cocok dengan bentuk tubuhnya.

Namun celananya terlalu kedodoran, jasnya terlalu berbentuk kotak, dasinya terlalu lebar dan sering kali terlalu panjang, serta kerah jasnya terlalu besar.

Trump bukan satu-satunya politikus yang berbusana buruk, mengapa?

Apakah itu memang disengaja atau memang politikus tidak punya selera bagus dalam segi mode? Bukankah dengan adanya penasehat fashion dan dana melimpah mereka bisa pergi ke tukang jahit?

Seperti dilansir Independent, ada tiga alasan:

1. Politikus tidak ingin terlihat terlalu menonjol, mereka menghindari tampilan yang terlalu necis agar tidak terlalu berbeda dengan pendukung kelas pekerja yang tidak bisa membeli setelan jas seharga 5.000 Pounds.

Saat kampanye tahun lalu, Hillary Clinton dikritik karena mengenakan jaket Armani senilai 12.000 dolar AS, begitu pula Theresa May karena mengenakan celana seharga 995 Pounds.

Barry Brummett, profesor komunikasi dari Universitas Texas, mengatakan bahwa “Anda harus menunjukkan pada orang dari semua kalangan bahwa mereka bisa merasa dekat dengan Anda.”

“Anda tidak bisa memakai overall, tapi Anda juga tidak bisa berdandan terlalu heboh.”

2. Berkecimpung di dunia politik membuat orang mudah stres, artinya berat badan pun bisa naik turun karena stres melenyapkan nafsu makan. Bila berat badan berubah setiap waktu, akan sulit mengenakan busana yang pas di badan terus menerus, kata konsultan politik Josh Nanberg.

3. Politikus menjalani hari dari rapat ke rapat, kemudian menghadiri acara ini itu, sehingga baju mereka mudah kusut.

Kebanyakan dari orang yang bekerja mengenakan jas mungkin menghabiskan sebagian besar waktu dengan duduk di kursi dengan jas yang digantung rapi, tapi itu tidak berlaku bagi politikus. Dan tentu saja pilihan busana politikus selalu diperhatikan publik ke mana pun mereka pergi.

Jadi, itu mungkin sebagian alasan di balik gaya berbusana Trump, meski tidak diragukan lagi dia bisa mendapatkan baju yang lebih baik tanpa harus menggelontorkan uang senilai pendapatan tahunan rata-rata masyarakat AS.

Barack Obama, misalnya, selalu mengenakan setelan jas yang pas badan, meski dia mengaku bukan dia yang memutuskan apa baju yang akan dipaka “karena saya harus memutuskan banyak hal lain”.

Tentu saja meski tidak bisa berpakaian terlalu menonjol, kepala negara harus terlihat profesional, keduanya harus diseimbangkan.

“Anda ingin pemilih berkonsentrasi pada apa yang ingin anda komunikasikan, bukan apa yang Anda kenakan,” kata Jason Levin dari perusahaan komunikasi Cerrell Associates.

Trump mungkin tidak akan mengganti kebijakannya dalam waktu dekat, tapi setidaknya dia bisa memperbaiki pilihan busananya.

Penerjemah: Nanien Yuniar
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2017