Jakarta (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo mengungkapkan bahwa banyak pasar tujuan ekspor baru berpotensi besar yang saat ini belum digarap serius.

"Pasar-pasar baru banyak sekali yang tidak pernah diurus, misalnya Afrika, padahal yang lain sudah masuk," katanya ketika membuka rapat kerja Kementerian Perdagangan di Istana Negara Jakarta, Selasa.

Ia meminta Kementerian Perdagangan dan instansi terkait lainnya tidak membiarkan pelaku usaha swasta menerobos sendiri ke pasar-pasar baru itu karena biayanya akan mahal.

"Negara lain pasti negara dulu yang hadir, ada market intelligence yang dilakukan di sana, setelah itu negara masuk melihat," katanya.

Mengenai besarnya pasar baru, Presiden mencontohkan potensi pasar Afrika yang nilainya 550 miliar dolar AS sementara nilai ekspor Indonesia ke kawasan itu baru 4,2 miliar dolar AS.

"Juga kawasan Euroasia, negara-negara ini tidak pernah kita lihat, dilihat tapi dengan cara serampangan, tidak serius, dari 251 miliar dolar AS, nilai ekspor kita satu miliar pun tidak ada," katanya.

Ia juga menyebut potensi pasar Timur Tengah yang sampai 975 miliar dolar AS dan Indonesia baru mengambil sekitar lima miliar dolar AS di antaranya.

"Peluang masih besar, ajak UKM kita berpameran di sana, terutama UKM yang sudah memenuhi standar," katanya.

Selain itu, kata Presiden, ada potensi besar dari pasar India yang nilainya mencapai 375 miliar dolar AS namun ekspor Indonesia ke sana baru senilai 10 miliar dolar AS, utamanya dari minyak sawit mentah dan batu bara.

Presiden juga menyebut potensi pasar Pakistan dan Sri Lanka yang belum optimal digarap.

"Jangan anggap sepele pasar-pasar itu, itu gede sekali yang belum disentuh karena kita bekerja mengikuti rutinitas dan linier," katanya.

Presiden meminta Kementerian Perdagangan dan instansi terkait lain melakukan penetrasi ke pasar-pasar ekspor baru, tidak berkutat di pasar-pasar tradisional.

"Kita selalu berkutat pada pasar-pasar tradisional atau lama kita, ke Amerika, Jepang China, Eropa, kita ngerti pasar itu gede dan harus dipelajari produk-produk apa yang bisa kita masukkan di pasar-pasar yang sudah ada itu," katanya.

Presiden meminta Indonesia Trade Promotion Center ( ITPC) berinovasi dan melakukan pembaruan.

"Harus dilakukan terobosan, bagaimana ITPC bisa bernegosiasi, bisa bertransaksi," katanya.


Pasar Tradisional

Presiden juga menyoroti pasar-pasar tradisional di dalam negeri, meminta pasar-pasar itu diperbaiki supaya bisa menjadi tempat jual beli yang "bersih, tidak becek, tidak bau, ada tempat parkirnya."

Perbaikan fisik pasar, ia melanjutkan, mesti disertai dengan perbaikan pengelolaan.

"Rakyat kita, pedagang kecil perlu bimbingan kita, berpuluh tahun tidak berubah karena kita tidak memberi bimbingan kepada mereka, beri bimbingan manajemen, beri pelatihan bagaimana penataan barang dagangan," katanya.

Ia juga instansi terkait memberikan pelatihan pengelolaan keuangan dan stok serta pelayanan konsumen kepada para pedagang pasar tradisional.


Pewarta: Agus Salim
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017