Bogor (ANTARA News) - Badan Penelitian Ternak, Kementerian Pertanian memperkenalkan varietas baru ayam lokal pedaging unggul yang diberi nama SenSi-1 atau Sentul Terseleksi Agrinak.

"Varietas ini merupakan lanjutan dari ayam kampung unggul Balitbangtan (KUB) yang diluncurkan tahun 2014 lalu," kata Plt Kepala Pusat Penelitian Peternakan Kementan, Fajri Djufry di Balitnak, Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa.

Ia menjelaskan, ayam SenSi 1-Agrinak merupakan karya prtama peneliti Balitnak. Galur baru tersebut merupakan salah satu galur murni (pure line) ayam lokal pedagang unggul yang dapat dimanfaatkan sebagai ayam niaga crossing dengan galur betina KUB (final stock) dan atau sebagai ayam tertua (parent stock).

"Ayam Sensi 1-Agrinak, lanjutnya telah diluncurkan oleh Menteri Pertanian sebagai galur ayam lokal pedagang asli Indonesia dengan SK Menteri Nomor 39/Kpts/PK.020/1/2017 tanggal 20 Januari 2017," katanya.

Ia mengatakan, varietas baru ayam lokal pedaging unggul ini memiliki banyak keunggulan dibandingkan varietas sebelumnya, maupun ayam lokal yang banyak beredar di masyarakat.

Beberapa keunggulan dari ayam Sensi-1 Agrinak yakni bobot tubuh rata-rata para umur 10 minggu untuk jantan mencapai kurang lebih 62,5 gram dan betina 114 gram per ekor.

"Keunggulannya juga terletak pada konsumsi pakan umur 0-10 minggu sebanyak 2,7 sampai 3,2 kilogram per ekor," katanya.

Keunggulan lainnya, umur pertama bertelur kurang lebih 17,69 hari, bobot induk pertama bertelur 219 gram per ekor. Produksi telur puncak kurang lebih 8,66 henday. Puncak produksi telur pada ayam umur 4,5 minggu, bobot telur pertama sebesar 4,76 gram, akan bertambah terus sampai 3,63 gram per butir pada puncak produksi.

"Rata-rata produksi telur selama 40 hari masa bertelur 5,30 persen henday production dan fertilitas sebesar 6,58 persen," kata Fajri.

Kepala Balai Penelitian Ternak (Balitnak) Kementerian Pertanian, Suharsono menambahkan, pihaknya telah bekerjasama dengan sejumlah mitra untuk memperbanyak bibit ayam SenSi-1 Agrinak. Diperkirakan populasi yang semula 6.000 DOC jantan-betina (unsexed) ditambah dengan para petrnak tanpa kerjasama sebanyak 2.000 DOC unsexed, maka diperkirakan telah bertambah keturunnaya kurang lebih 80 ribu ekor sebagai tetua pengganti sampai awal 2017.

"Kehadiran ayam SenSi-1 Agrinak menjadi salah satu solusi mendukung program Kementerian Pertanian yakni ketersedia sumber protein yang mencukupi," kata Suharsono.

Suharsono menambahkan, pihaknya juga telah melakukan analisis ekonomi terhadap analisis finansial terkait pengeluaran dan penerimaan dari pemeliharaan ayam SenSi-1 Agrinak.

Dijelaskannya, biaya pengeluaran meliputi pembelian pakan, obat-obatan, vaksin, vitamin, DOC, sekam dan kapur, serta listrik.

Komponen penerimaan adalah harga dari rata-rata bobot badan akhir dikalikan dengan harga ayam saat penjualan (Rp 40 ribu per ekor). Pemberian pakan terdiri dari pakan starter umur 0-4 minggu dan pakan grower umur 5-12 minggu dengan harga rata-rata pakan Rp5.500 per kg.

Analisis ekonomi 95 ekor ayam SenSi-1 Agrinak jantan untuk program pembesaran ayam SenSi-1 Agrinak sebagai unggas pedaging.

"Nilai keuntungannya mencapai Rp630 ribu dan R/C adalah 1,2. Artinya, setiap penambahan biaya pengeluaran sebesar Rp1 akan memberikan penerimaan sejumlah Rp1.20," katanya.

Penelitian ayam SenSi-1 Agrinak memakan waktu selama lima tahun. Dalam penelitian ternak membutuhkan waktu lama, karena harus menghasilkan galur unggas melalui proses enam kali seleksi sampai menemukan hasil yang optimal.

Pewarta: Laily Rahmawati
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017