Manila (ANTARA News) - Sekitar lebih dari 250 polisi nakal, yang dialihtugaskan Presiden Filipina Rodrigo Duterte ke pulau sarang pegaris keras Abu Sayyaf, pulau Basilan, tidak muncul di markas hukuman mereka itu, Selasa, dan terancam dipecat.

Setidak-tidaknya, hanya 53 dari 311 petugas dinilai "bodoh" oleh Duterte berada dalam pesawat C130 saat mendarat di kota Zamboanga, Filipina Selatan.

Zamboanga adalah wilayah singgah sebelum pasukan ditempatkan di pulau Basilan.

Duterte pada bulan ini menunjukkan kemarahannya saat berpidato, yang disiarkan langsung televisi. Presiden mengatakan, polisi bermasalah itu dapat kembali ke ibukota, Manila, jika mampu bertahan hidup di Basilan.

Pulau Basilan adalah markas pegaris keras Abu Sayyaf, yang terkenal sering membajak kapal dan mengayau sandera.

Perintah penempatan ke Basilan diberikan sepekan setelah satuan antinarkotika kepolisian membongkar kejahatan anggotanya terhadap seorang pengusaha asal Korea Selatan.

Polisi bermasalah itu menggunakan narkotika untuk menyembunyikan penculikan serta pembunuhan pengusaha tersebut.

Sebagian besar polisi, yang dikirim ke Basilan tengah menjalani penyelidikan internal karena diduga terlibat perampokan, penyiksaan, dan penculikan.

"Polisi itu menunjukkan perilaku buruk dengan mangkir dari tugas," kata kepala kepolisian di ibukota wilayah setempat, Oscar Albayalde.

Jika petugas itu tidak masuk kerja selama tiga hari atau memberikan penjelasan tertulis mengenai ketidakhadirannya, mereka akan kehilangan pekerjaannya, tambahnya.

Perang terhadap narkotika yang gencar dilakukan Duterte didukung banyak warga walau aksinya itu telah mengorbankan lebih dari 7.700 orang sejak Presiden menjabat sejak 30 Juni.

Operasi antinarkotika Duterte dikabarkan turut melibatkan sekitar 2.500 polisi.

Banyak warga meragukan keterangan polisi yang mengatakan, kematian korban disebabkan oleh perang antarmafia atau pembunuhan biasa atau tidak terkait dengan narkotika.

Namun, pegiat terlihat meyakini korban tewas akibat pembunuhan di luar pengadilan, yang dilakukan petugas atau pasukan pendukungnya. Demikian laporan Reuters.

(Uu.KR-GNT/B002)

Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017