Solo (ANTARA News) - Waldjinah (71), maestro keroncong Indonesia berharap ada generasi penerus untuk bisa melestarikan musik keroncong asli Indonesia ke depan.

"Saya berharap generasi muda banyak bermuncul penyanyi keroncong yang dapat meneruskan yang dilakukan oleh seniornya," kata Waldjinah, di Solo, Kamis.

Meskipun, "Si Walang Kekek" Waldjinah selesai dirawat di RS Kasih Ibu, Solo, karena sakit, tetapi seniman lagu langgam Jawa itu, masih mau berbicara soal perkembangan musik keroncong di Tanah Air.

Menurut Waldjinah generasi penerus musik keroncong yang dilihat sekarang, di antaranya Laras dan Sruti yang banyak dikenal masyarakat memilik suara yang bagus-bagus. Juga sebelumnya ada Sundari Sukotjo.

"Saya memang baru pulang dari rumah sakit karena gula darahnya mengalami ngedrop di bawah normal hingga tidak sadarkan diri," kata Waldjinah, yang dilahirkan Solo pada 7 Nopember 1945.

Waldjinah penyanyi keroncongan yang sering dipanggil ke Istana Presiden pada zamannya. Presiden Soekarno dan Presiden Soeharto menjadi dua dari sekian banyak penggemar Waldjinah.

"Saya ingin keroncong tetap dilestarikan dan digemari semua kalangan masyarakat," kata Waldjinah, pelantum lagu Walang Kekek, Jangkrik Genggong, dan Ayo Ngguyu, ini.

Ary Mulyono salah stau putra Waldjinah. Dia mengatakan, ibunya sempat dirawat ke rumah sakit sejak Selasa (21/2), karena sakit dan tidak sadarkan diri. Ibu dirawat di RS Kasih Ibu semalam, dan Rabu petang (22/2) sudah diizinkan pulang oleh dokter yang merawat.

"Ibu sakit gula darahnya drop hingga tidak sadarkan diri, sehingga beliau langsung dilarikan ke RS," kata Ary.

Menurut dia, pada awalnya ibunya saat makan jadah gigi palsu lepas dankemudian memeriksakan ke dokter gigi pada Jumat (17/2). Namun, ibunya saat nunggu dokter, periksa gula darah di apotek.

Ibunya dari hasil tes ternyata gula darahnya mencapai 357. Karena takut, ibu beli obat penurun gula darah. Obat itu, seharusnya diminum sehari sekali, tetapi ibu minum dua kali sehari, sehingga menjadi drop hingga tidak sadarkan diri.

"Ibu sekarang sudah sadar dan bisa komunikasi. Ibu kemudian Rabu (22/2), minta pulang," kata dia.

Pewarta: Bambang Marwoto
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017