Banyumas (ANTARA News) - Durian bhineka bawor yang merupakan salah satu tanaman khas Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, diminati wisatawan dari berbagai daerah yang mengunjungi kawasan agrowisata buah durian di Desa Alasmalang.

Dari pantauan di salah satu pusat durian, Desa Alas Malang, Kecamatan Kemranjen, Banyumas, Minggu, puluhan butir durian bhineka bawor yang dijual di tempat itu habis dalam waktu kurang dari satu jam.

Salah seorang wisatawan asal Cilacap, Ambar Siswati mengaku telah dua kali datang ke sentra durian bhineka bawor yang dikelola Sarno Ahmad Darsono itu.

Menurut dia, durian bhineka bawor memiliki rasa yang mantap sehingga membuat ketagihan.

"Rasanya enak, mantap, dan membuat ketagihan. Besok pas musim durian lagi, saya akan datang ke sini lagi," katanya.

Ia mengatakan durian bhineka bawor berbeda dengan durian lainnya karena dagingnya tebal dan rasanya manis.

"Pokoknya, enggak ada duanya, mantap," katanya.

Pemilik sentra durian bawor, Sarno Ahmad Darsono (51) mengaku punya keinginan untuk menyaingi durian montong dari Thailand sehingga dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Oleh karena itu, dia sejak tahun 1996 melakukan rekayasa dalam pembudidayaan buah durian dengan teknik yang diberi nama sarakapita sehingga menghasilkan durian bhineka bawor yang memiliki kulit tipis, daging tebal berwarna kuning, dan rasanya manis.

Bahkan, kata dia, durian bhineka bawor dapat ditanam di berbagai daerah, baik dataran tinggi, dataran rendah, maupun pesisir pantai.

"Tanaman durian bhineka bawor merupakan hasil modifikasi dari beberapa jenis durian di antaranya sunan, petruk, montong, dan sitokong yang dijadikan satu (dengan cara okulasi, red.) sehingga bagian bawahnya akan seperti akar bakau," katanya.

Lebih lanjut, Sarno mengatakan harga durian bhineka bawor mencapai Rp50 ribu per kilogram.

Padahal, kata dia, berat satu butir durian bhineka bawor berkisar 4-15 kilogram sehingga penghasilan petani durian akan meningkat.

Dia mengaku dalam setengah hari bisa menjual 1 ton durian bhineka bawor.

"Pembelinya datang dari berbagai daerah termasuk luar negeri seperti Singapura dan Australia. Selain dimakan di tempat, durian itu juga dibawa pulang," katanya.

Bahkan, kata dia, kadang ada yang pesan lebih dulu agar tidak kehabisan.

Kendati demikian, dia mengakui jika dalam musim durian kali ini produksinya menurun akibat tingginya curah hujan.

"Bunganya rontok terkena hujan sehingga produksinya menurun," katanya.

Selain buahnya, dia juga menjual bibit durian bhineka bawor dengan harga berkisar Rp50 ribu per batang hingga Rp2 juta.

Pewarta: Sumarwoto
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2017