Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antar-bank di Jakarta pada Senin sore bergerak menguat menjadi Rp13.353, dibandingkan sebelumnya Rp13.383 per dolar AS.

"Pimpinan bank sentral AS (The Fed) Janet Yellen yang belum memberikan kejelasan waktu mengenai kenaikan suku bunga acuannya membuat dolar AS melemah terhadap mata uang utama dunia, termasuk pada rupiah," kata Analis Monex Investindo Futures, Putu Agus di Jakarta.

Ia mengemukakan, Yellen hanya menyatakan pihaknya bersiap untuk menaikkan suku bunga jika data tenaga kerja dan inflasi AS naik sesuai perkiraan. Pernyataan tersebut cenderung sama dengan sebelumnya.

Di sisi lain, lanjut dia, harga minyak mentah yang stabil juga turut memberikan sentimen positif pada mata uang komoditas seperti rupiah. Harga minyak jenis WTI Crude pada Senin (6/3) stabil di level 53,10 dolar AS per barel, dan Brent Crude diposisi 55,72 dolar AS per barel.

Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta menambahkan, pelemahan dolar di kawasan Asia turut memberikan sentimen positif bagi mata uang rupiah walaupun dibayangi sentimen negatif dari China yang memangkas proyeksi pertumbuhannya di 2017.

Ia mengemukakan, pemerintah Tiongkok memangkas target pertumbuhan ekonomi menjadi sekitar 6,5 persen year on year (yoy) untuk tahun 2017 dari sebelumnya 6,5-7,0 persen yoy.

"Beberapa faktor global juga masih akan cenderung memengaruhi pergerakan aset berdenominasi rupiah, khususnya pertemuan beberapa bank sentral utama dunia," katanya.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Senin ini mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi ke posisi Rp13.364 dibandingkan hari sebelumnya (Jumat, 3/3) Rp13.375 per dolar AS.


Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2017