Washington (ANTARA News) - Kelompok-kelompok hak sipil Amerika Serikat pada Senin (6/3) mengecam revisi kebijakan imigrasi Presiden Donald Trump, menyebutnya sebagai "larangan Muslim", dan berikrar untuk terus menentangnya di pengadilan.

"Pemerintahan Trump mengakui bahwa larangan awal kunjungan Muslim dia tidak bisa dipertahankan. Sayangnya, kebijakan itu diganti dengan versi yang lebih buruk, yang memiliki cacat fatal yang sama," kata Omar Jadwat, direktur American Civil Liberties Union's Immigrant Rights Project.

"Satu-satunya cara untuk benar-benar memperbaiki larangan Muslim adalah tidak memiliki larangan Muslim," kata Jadwat dalam sebuah pernyataan.

"Sebaliknya, Presiden Trump kembali mendiskriminasi agama, dan dia tahu hal itu akan mendapatkan penolakan lebih lanjut dari pengadilan dan masyarakat."

New York Immigration Coalition (NYIC) menyebut revisi pelarangan tersebut, yang menangguhkan visa baru bagi warga dari enam negara mayoritas Muslim, "topeng untuk kebencian, ketakutan dan ketidakmampuan yang sama."

"Ini satu lagi contoh dari upaya presiden untuk memecah negara ini dan menanamkan rasa panik dan ketakutan bagi para imigran, pengungsi dan masyarakat Muslim," kata direktur NYIC, Steven Choi.

Human Rights Watch menyatakan perubahan terhadap perintah awal 27 Januari, yang berbenturan dengan konstitusi Amerika Serikat karena terlihat terang-terangan menyasar Muslim, "hanya kosmetik."

"Presiden Trump kelihatannya masih yakin kau bisa menentukan siapa teroris hanya dengan mengetahui dari negara mana seorang pria, perempuan atau anak-anak berasal," kata peneliti kelompok imigrasi AS, Grace Meng.

Rabbi Jack Moline, presiden Interfaith Alliance, mengatakan mereka juga berharap ikut berjuang menentang perintah baru itu di pengadilan.

"Bahkan dalam bentuk revisi minim, larangan Muslim Presiden Trump melanggar prinsip-prinsip konstitusi dan merongrong posisi Amerika di dunia," kata Moline sebagaimana dikutip kantor berita AFP.

"Kita harus jelas bahwa mendiskriminasi jutaan orang berbasis agama mereka tidak ada hubungannya dengan Amerika yang lebih aman."

United Farm Workers of America, perserikatan yang secara terpisah berjuang menentang upaya Trump mengusir jutaan orang, utamanya imigran Latin tak berdokumen, menyebut larangan perjalanan baru itu sebagai "penghinaan besar terhadap nilai-nilai fundamental yang menjadikan Amerika sebagai bangsa luar biasa."(hs)

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017