Moskow (ANTARA News) - Gencatan senjata diberlakukan di wilayah Suriah, Ghouta Timur, benteng pertahanan pemberontak di dekat Damaskus, mulai Minggu tengah malam hingga 20 Maret, kata Kementerian Pertahanan Rusia.

"'Rezim tenang' sudah diberlakukan mulai pukul 00.01 pada 6 Maret hingga 23.59 pada 20 Maret (waktu Damaskus) di daerah Ghouta Timur," kata Kementerian Pertahanan dalam sebuah pernyataan, Selasa (7/3).

Kementerian mengatakan sejauh ini belum ada laporan mengenai pelanggaran.

Tentara Islam (Jaish al-Islam), faksi pemberontak yang berpengaruh,  memiliki kantor pusat di Ghouta Timur, kubu pertahanan terakhir oposisi di dekat Damaskus.

Distrik tersebut sudah menghadapi operasi militer besar-besaran dalam beberapa bulan terakhir dan berada di dekat daerah kekuasaan oposisi Damaskus yang semakin menjadi target rezim.

Hamza Bayraqdar, juru bicara Tentara Islam, mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa faksi tersebut belum diberi tahu mengenai gencatan senjata, tapi tidak akan "menolak kesepakatan apa pun demi menghentikan pertumpahan darah dan penderitaan rakyat kami".

Harian Suriah Al-Watan pada Selasa mengutip "sumber yang dekat dengan upaya pemerintah melakukan rekonsiliasi nasional di daerah-daerah titik nyala", mengatakan dia tidak punya "informasi apa pun" mengenai kesepakatan di Damaskus dan Ghouta Timur.

Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, kelompok pemantau yang berbasis di Inggris, melaporkan bahwa pada Selasa serangan melanda banyak kota kecil di Ghouta Timur dan distrik-distrik pemerintah di Damaskus timur, menewaskan tiga warga sipil.

Namun serangan-serangan itu berhenti pada petang hari setelah pengumuman gencatan senjata dari  Rusia.

Konflik Suriah sudah menewaskan lebih dari 310.000 orang sejak 2011. Rusia mulai serangan bom  untuk mendukung Presiden Suriah Bashar al-Assad pada September 2015. (mr)

Baca juga: (Presiden Suriah: perundingan Astana fokus ke gencatan senjata)

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017